BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Luka bakar dapat mengakibatkan
masalah yang kompleks yang dapat meluas melebihi kerusakan fisik yang terlihat
pada jaringan yang terluka secara langsung. Masalah kompleks ini mempengaruhi
semua sistem tubuh dan beberapa keadaan yang mengancam kehidupan. Dua puluh
tahun lalu, seorang dengan luka bakar 50% dari luas permukaan tubuh dan
mengalami komplikasi dari luka dan pengobatan dapat terjadi gangguan
fungsional, hal ini mempunyai harapan hidup kurang dari 50%. Sekarang, seorang
dewasa dengan luas luka bakar 75% mempunyai harapan hidup 50%. dan bukan
merupakan hal yang luar biasa untuk memulangkanpasien dengan luka bakar 95%
yang diselamatkan. Pengurangan waktu penyembuhan, antisipasi dan penanganan
secara dini untuk mencegah komplikasi, pemeliharaan fungsi tubuh dalam
perawatan luka dan tehnik rehabilitasi yang lebih efektif semuanya dapat
meningkatkan rata-rata harapan hidup pada sejumlah klien dengan luka bakar
serius.
Beberapa karakteristik luka bakar
yang terjadi membutuhkan tindakan khusus yang berbeda. Karakteristik ini
meliputi luasnya, penyebab(etiologi) dan anatomi luka bakar. Luka bakar yang
melibatkan permukaan tubuh yang besar atau yang meluas ke jaringan yang lebih
dalam, memerlukan tindakan yang lebih intensif daripada luka bakar yang lebih
kecil dan superficial. Luka bakar yang disebabkan oleh cairan yang panas (scald
burn) mempunyai perbedaan prognosis dan komplikasi dari pada luka bakar yang
sama yang disebabkan oleh api atau paparan radiasi ionisasi. Luka bakar karena
bahan kimia memerlukan pengobatan yang berbeda dibandingkan karena sengatan
listrik (elektrik) atau persikan api. Luka bakar yang mengenai genetalia
menyebabkan resiko nifeksi yang lebih besar daripada di tempat lain dengan
ukuran yang sama. Luka bakar pada kaki atau tangan dapat mempengaruhi kemampuan
fungsi kerja klien dan memerlukan tehnik pengobatan yang berbeda dari lokasi
pada tubuh yang lain. Pengetahuan umum perawat tentang anatomi fisiologi kulit,
patofisiologi luka bakar sangat diperlukan untuk mengenal perbedaan dan derajat
luka bakar tertentu dan berguna untuk mengantisipasi harapan hidup serta
terjadinya komplikasi multi organ yang menyertai.
Prognosis klien yang mengalami
suatu luka bakar berhubungan langsung dengan lokasi dan ukuran luka bakar.
Faktor lain seperti umur, status kesehatan sebelumnya dan inhalasi asap dapat
mempengaruhi beratnya luka bakar dan pengaruh lain yang menyertai. Klien luka
bakar sering mengalami kejadian bersamaan yang merugikan, seperti luka atau
kematian anggota keluarga yang lain, kehilangan rumah dan lainnya. Klien luka
bakar harus dirujuk untuk mendapatkan fasilitas perawatan yang lebih baik untuk
menangani segera dan masalah jangka panjang yang menyertai pada luka bakar
tertentu.
1.2 Tujuan
A.
Tujuan Umum
Mengetahui secara umum mengenai
combustio serta asuhan
keperawatan yang tepat terhadap pasien combustio tersebut.
B.
Tujuan khusus
1.
Mengetahui konsep
dasar combustio
2.
Mengetahui WOC combustio
3.
Mengetahui asuhan
keperawatan pada pasien combustio
1.3 Manfaat
Untuk mengetahui
asuhan keperawatan pada pasien dengan combustio yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi,
implementasi dan evaluasi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Anatomi
dan Fisiologi Integument
Kata ini berasal dari bahasa Latin "integumentum",
yang berarti "penutup". Sistem integumen adalah sistem organ yang
membedakan, memisahkan, melindungi, dan menginformasikan organisme terhadap
lingkungan sekitarnya. Sistem ini merupakan bagian sistem organ yang terbesar
yang mencakup kulit, rambut, bulu, kuku, kelenjar keringat dan produknya
(keringat atau lendir). Pembungkus elastis yang melindungi kulit dari pengaruh
lingkungan. Alat tubuh yang terberat : 15 % dari berat badan. Luas : 1,50 –
1,75 m. Tebal rata – rata : 1,22mm. Daerah yang paling tebal (66 mm), pada
telapak tangan dan telapak kaki dan paling tipis (0,5 mm) pada daerah penis.
1.
Fungsi metabolik :
menyimpan energi mll cadangan lemak; sintesis vitamin D
2.
Ekskresi &
absorpsi
3.
Fungsi Proteksi
4.
Fungsi Absorpsi
5.
Fungsi Ekskresi
6.
Fungsi Persepsi
7.
Fungsi Pengaturan Suhu
Tubuh (termoregulasi)
8.
Fungsi Pembentukan
Pigmen
9.
Fungsi Keratinisasi
10.
Fungsi Pembentukan
Vitamin D
a.
Warna : terang (fair
skin), pirang, dan hitam ;merah muda : pada telapak kaki dan tangan bayi ;hitam
kecokelatan : pada genitalia orang dewasa
b.
Jenisnya : Elastis dan
longgar : pada palpebra, bibir, dan preputium ;Tebal dan tegang: pada telapak
kaki dan tangan orang dewasa ;Tipis : pada wajah ; Lembut : pada leher dan
badan ;Berambut kasar : pada kepala.
Mampu memperbaiki sendiri (self-repairing)
& mekanisme pertahanan tubuh pertama (pembatas antara lingkungan luar tubuh
dg dalam tubuh).
1.
PELINDUNG : dari
kekeringan, invasi mikroorganisme, sinar ultraviolet, kimia, atau suhu
2.
PENERIMA SENSASI :
sentuhan, tekanan, nyeri, & suhu
3.
PENGATUR SUHU :
menurunkan kehilangan panas saat suhu dingin & meningkatkan kehilangan
panas saat suhu panas
Kulit punya bantalan lemak, ketebalan, serabut
jaringan penunjang yang dapat melindungi tubuh dari gangguan fisis/ mekanis
(tekanan, gesekan, tarikan), kimiawi (iritan), panas : radiasi, sengatan sinar
UV, infeksi luar (bakteri, jamur)
a.
Melanosit =>
lindungi kulit dari pajanan sinar matahari dengan mengadakan tanning
(penggelapan kulit)
b.
Stratum korneum
impermeable terhadap berbagai zat kimia dan air.
c.
Keasaman kulit karena
ekskresi keringat dan sebum => perlindungan kimiawi terhadap infeksi bakteri
maupun jamur
d.
Proses keratinisasi
=> sebagai sawar (barrier) mekanis karena sel mati melepaskan diri secara
teratur.
1. EPIDERMIS
a. Stratum
korneum / Lapisan tanduk : Terdiri dari beberapa lapis sel gepeng yang mati dan
tidak berinti ; Protoplasmanya telah berubah menjadi keratin (zat tanduk).
b. Stratum
Lusidum : Lapisan sel gepeng
tanpa inti ;protoplasma berubah menjadi protein (eleidin); Biasanya terdapat
pada kulit tebal telapak kaki dan telapak tangan; tidak tampak pada kulit
tipis.
c. Stratum
granulosum / Lapisan Granular:
Merupakan 2 atau 3 lapis sel gepeng ;Sitoplasma berbutir kasar yang terdiri
atas keratohialin dan terdapat inti diantaranya ;Mukosa tidak mempunyai lapisan
ini
d. Stratum
spinosum / lapisan Malphigi : Lapisan epidermis yang paling tebal ;Terdiri dari
sel polygonal, besarnya berbeda-beda ;Protoplasmanya jernih; terdapat jembatan
antarsel (intecelluler bridges);Terdapat juga sel langerhans yang berperan
dalam respon – respon antigen kutaneus.
e. Stratum
basale: Terdiri dari sel – sel
kuboid yang tegak lurus terhadap dermis; Tersusun sebagai tiang pagar; Lapisan
terbawah dari epidermis; Mengadakan mitosis dan berfungsi reproduktif; Terdapat
melanosit (clear cell) yaitu sel yang yang membentuk melanin melindungi kulit
dari sinar matahari.
Setiap kulit yang mati banyak mengandung
keratin yang membentuk barier terluar kulit yang berfungsi :
¡ Mengusir mikroorganisme patogen.
¡ Mencegah kehilangan cairan yang berlebihan dari tubuh.
¡ Unsur utama yang mengeraskan rambut dan kuku.
Setiap kulit yang mati akan
terganti tiap 3- 4 minggu. Epidermis akan bertambah tebal jika bagian tersebut
sering digunakan.
2. DERMIS
Dermis merupakan lapisan dibawah epidermis. Terdiri dari
jaringan ikat yang terdiri dari 2 lapisan :
(1) Pars papilare : Bagian yang menonjol ke epidermis,
Berisi ujung serabut saraf dan pembuluh darah
(2) Pars retikulare :Bagian yang menonjol ke subkutan , terdiri atas: serabut-serabut penunjang
(kolagen, elastin, retikulin), terdiri dari sel fibroblast yang memproduksi
kolagen dan retikularis yang terdapat
banyak p. darah , limfe, akar rambut, kelenjar keringat dan kelenjar sebaseus.
3. JARINGAN SUBKUTAN ATAU HIPODERMIS / SUBCUTIS
Terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak di
dalamnya. pada lapisan ini terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembuluh darah dan
getah bening.
Sel lemak
·
Lapisan terdalam
banyak mengandung sel liposit yang menghasilkan banyak lemak.
·
Disebut juga panikulus
adiposa yang berfungsi sebagai cadangan makanan
·
Berfungsi juga sebagai
bantalan antara kulit dan struktur internal seperti otot dan tulang. Sebagai
mobilitas kulit, perubahan kontur tubuh dan penyekatan panas.Sebagai bantalan
terhadap trauma. Tempat penumpukan energi.
Lapisan Subkutis (hypodermis)
Lapisan paling dalam, terdiri dari jaringan ikat longgar
berisi sel lemak yang bulat, besar, dengan inti mendesak ke pinggir sitoplasma
lemak yang bertambah. Sel ini berkelompok dan dipisahkan oleh trabekula yang
fibrosa. Lapisan sel lemak disebut dengan panikulus adiposa, berfungsi sebagai
cadangan makanan. Di lapisan ini terdapat saraf tepi, pembuluh darah, dan getah
bening. Lapisan lemak berfungsi juga sebagai bantalan, ketebalannya berbeda
pada beberapa kulit. Di kelopak mata dan penis lebih tipis, di perut lebih
tebal (sampai 3 cm).
2.2
Konsep Dasar Combustio
A.
Definisi Combustio
¡
Moenajat, 2001
Luka bakar
adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber
panas seprti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi
¡
Irna Bedah RSUD Dr.Soetomo, 2001
Luka bakar
adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan kimia dan
petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam.
¡
Effendy, 1999
Luka bakar
adalah suatu luka yang disebabkan karena adanya perpindahan energi dari sumber
panas ketubuh, dan panas tersebut bisa dihantarkan melalui konduksi atau
radiasi elektromagnetik
B.
Etiologi Combustio
1.
Dry Heat.
Misalnya : jilatan api langsung seperti pada korban kebakaran dan pengeboman.
2.
Moist
Heat. Luka bakar yang disebabkan oleh air panas
3.
Benda-benda
panas. Misalnya : logam panas, aspal panas bisa menyebabakan luka bakar dalam
4.
Kimia.
Banyak produk kimia yang bisa menyebabkan luka bakar apakah dengan melalui
kontak langsung maupun melalui ingesti. Tingkat keperahan luka bakar oleh
karena bahan kimia ini tergantung dari :
·
Lamanya
kontak
·
Konsentrasi
bahan kimia
·
Jumlah
jaringan tubuh yang terkena
·
Mekanisme
kerja bahan kimia tersebut. Contoh bahan kimia yang bisa menyebabkan luka bakar
; Asam kuat (HCL, asam Sulfur), Basa kuat (Sodium Hydroxide). Asam kuat
menyebabkan nekrosis koagulasi dan nyeri hebat, sedangkan basa kuat nekrosis
likuifaksi, penetrasinya dalam tetapi nyeri tidak hebat.
5.
Listrik.
Disebabkan oleh sengatan listrik, akibatnya akan sangat serius karena
menyebabkan kerusakan / kematian pada struktur tubuh bagian dalam sampai pada
kehilangan satu atau lebih anggota gerak.
6.
Radiasi.
Disebabkan bila terpapar dengan bahan radioaktif dalan lumlah yang banyak,
menyebabkan luka bakar yang sifatnya ringan dan jarang menyebabkan kerusakan
kulit yang parah. Derajat keparahan luka bakar akibat radiasi tergantung dari :
·
Jenis
radiasi
·
Jarak dari
sumber radiasi
·
Lamanya
paparan
·
Dosis yang
diserap
·
Kedalaman
penetrasi pada tubuh
C.
Fase Luka Bakar
1.
Fase akut. Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Dalam fase awal penderita
akan mengalami ancaman gangguan airway (jalan nafas), brething (mekanisme
bernafas), dan circulation (sirkulasi). Gnagguan airway tidak hanya dapat
terjadi segera atau beberapa saat setelah terbakar, namun masih dapat terjadi
obstruksi saluran pernafasan akibat cedera inhalasi dalam 48-72 jam pasca
trauma. Cedera inhalasi adalah penyebab kematian utama penderiat pada fase
akut. Pada fase akut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
akibat cedera termal yang berdampak sistemik.
2.
Fase sub akut. Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang
terjadi adalah kerusakan atau kehilangan jaringan akibat kontak denga sumber
panas. Luka yang terjadi menyebabkan:
·
Proses inflamasi dan
infeksi.
·
Problempenuutpan luka
dengan titik perhatian pada luka telanjang atau tidak berbaju epitel luas dan
atau pada struktur atau organ – organ fungsional.
·
Keadaan
hipermetabolisme.
3.
Fase lanjut. Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat
luka dan pemulihan fungsi organ-organ fungsional. Problem yang muncul pada fase
ini adalah penyulit berupa parut yang hipertropik, kleoid, gangguan pigmentasi,
deformitas dan kontraktur.
D.
Klasifikasi Luka Bakar
Klasifikasi luka bakar dibagi
menjadi 3 yaitu:
a.
Dalamnya luka bakar
b.
Luas luka bakar
c.
Berat ringannya luka bakar
Berdasarkan kedalamannya luka
bakar diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Luka bakar dengan
ketebalan superficial ( Superficial-thickness
wounds )
Kerusakan
terjadi di lapisan epidermis, meliputi sel basal epitel dan membran dasar,
biasanya disebabkan oleh paparan panas rendah yang lama seperti sinar matahari.
Efek yang ditimbulkan adalah eritema, edema ringan, nyeri dan hipersensitif.
Penyembuhan terjadi pada hari ke 3-5 tanpa jaringan parut.
2. Luka
bakar dengan ketebalan partial ( Partial-thickness wounds )
Kerusakan
terjadi diseluruh lapisan epidermis sampai di sebagian dermis, dibagi menjadi :
a.
Superficial-partial thickness wounds
Ditandai
dengan adanya eritema dan lembab, blister (karena rusaknya lapisan corneum dan
granulosum), nyeri serta hipersensitif. Penyembuhan terjadi pada hari 10-14.
b. Deep-partial
thickness wounds
Terjadi
lebih dalam pada jaringan dermis, ditandai dengan udem, dan nyeri. Hipoksia dan iskemi jaringan bisa terjadi
karena suplai darah yang terganggu. Penyembuhan terjadi pada 3-6 minggu, dan
jika penyembuhan lama tindakan skin-grafting mungkin diperlukan.
3. Luka bakar
dengan ketebalan penuh ( Full-thickness
wounds )
Kerusakan
terjadi di seluruh lapisan epidermis dan dermis, dimana sel epidermal tidak
mampu melakukan re-epitelisasi sehingga memerlukan skin graft. Ditandai dengan
luka yang keras, kering adanya eschar, warna kulit bervariasi dari seperti
lilin, kemerahan, kuning, coklat atau kehitaman, sensasi menurun. Penyembuhan
tergantung dari keadekuatan vaskuler yang terkena, bisa berlangsung dari minggu
sampai bulan.
4. Luka bakar
dengan kedalaman penuh ( Deep-full
thickness wounds )
Kerusakan
terjadi sampai ke fasia, otot, tulang, dan tendon biasanya disebut sebagai
derajat IV, disebabkan oleh jilatan api besar, sengatan listrik, dan bahan
kimia. Ditandai dengan warna kehitaman, cekung dan sensasi sama sekali tidak
ada. Tindakan yang dilakukan adalah amputasi.
Berdasarkan luasnya luka bakar
diklasifikasikan sebagai berikut:
Wallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang terkenal dengan
nama rule of nine atua rule of wallace yaitu:
1) Kepala dan leher :
9%
2) Lengan masing-masing 9% :
18%
3) Badan depan 18%, badan belakang 18% : 36%
4) Tungkai
maisng-masing 18% : 36%
5) Genetalia/perineum : 1%
Total : 100%
Diagram
Penentuan luas luka bakar secara lebih lengkap dijelaskan
dengan diagram Lund dan Browder sebagai
berikut:
|
LOKASI
|
USIA (Tahun)
|
||||
|
0-1
|
1-4
|
5-9
|
10-15
|
DEWASA
|
|
|
KEPALA
|
19
|
17
|
13
|
10
|
7
|
|
LEHER
|
2
|
2
|
2
|
2
|
2
|
|
DADA & PERUT
|
13
|
13
|
13
|
13
|
13
|
|
PUNGGUNG
|
13
|
13
|
13
|
13
|
13
|
|
PANTAT KIRI
|
2,5
|
2,5
|
2,5
|
2,5
|
2,5
|
|
PANTAT KANAN
|
2,5
|
2,5
|
2,5
|
2,5
|
2,5
|
|
KELAMIN
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
|
LENGAN ATAS KA.
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
|
LENGAN ATAS KI.
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
|
LENGAN BAWAH KA
|
3
|
3
|
3
|
3
|
3
|
|
LENGAN BAWAH KI.
|
3
|
3
|
3
|
3
|
3
|
|
TANGAN KA
|
2,5
|
2,5
|
2,5
|
2,5
|
2,5
|
|
TANGAN KI
|
2,5
|
2,5
|
2,5
|
2,5
|
2,5
|
|
PAHA KA.
|
5,5
|
6,5
|
8,5
|
8,5
|
9,5
|
|
PAHA KI.
|
5,5
|
6,5
|
8,5
|
8,5
|
9,5
|
|
TUNGKAI BAWAH KA
|
5
|
5
|
5,5
|
6
|
7
|
|
TUNGKAI BAWAH KI
|
5
|
5
|
5,5
|
6
|
7
|
|
KAKI KANAN
|
3,5
|
3,5
|
3,5
|
3,5
|
3,5
|
|
KAKI KIRI
|
3,5
|
3,5
|
3,5
|
3,5
|
3,5
|
Berdasarkan berat ringannya luka bakar diklasifikasikan sebagai berikut:
Untuk mengkaji beratnya
luka bakar harus dipertimbangkan beberapa faktor antara lain :
1)
Persentasi area (Luasnya) luka bakar pada permukaan tubuh.
2) Kedalaman luka
bakar.
3) Anatomi lokasi
luka bakar.
4) Umur klien.
5) Riwayat
pengobatan yang lalu.
6)
Trauma yang menyertai atau bersamaan.
Perubahan fisiologi
|
Perubahan
|
Tingkatan hipovolemik
( s/d 48-72 jam pertama)
|
Tingkatan diuretik
(12 jam – 18/24 jam pertama)
|
||
|
Mekanisme
|
Dampak dari
|
Mekanisme
|
Dampak dari
|
|
|
Pergeseran
cairan ekstraseluler.
|
Vaskuler
ke insterstitial.
|
Hemokonsentrasi
oedem pada lokasi luka bakar.
|
Interstitial
ke vaskuler.
|
Hemodilusi.
|
|
Fungsi
renal.
|
Aliran
darah renal berkurang karena desakan darah turun dan CO berkurang.
|
Oliguri.
|
Peningkatan
aliran darah renal karena desakan darah meningkat.
|
Diuresis.
|
|
Kadar
sodium/natrium.
|
Na+
direabsorbsi oleh ginjal, tapi kehilangan Na+ melalui eksudat dan
tertahan dalam cairan oedem.
|
Defisit
sodium.
|
Kehilangan
Na+ melalui diuresis (normal kembali setelah 1 minggu).
|
Defisit sodium.
|
|
Kadar
potassium.
|
K+
dilepas sebagai akibat cidera jarinagn sel-sel darah merah, K+
berkurang ekskresi karena fungsi renal berkurang.
|
Hiperkalemi
|
K+
bergerak kembali ke dalam sel, K+ terbuang melalui diuresis (mulai
4-5 hari setelah luka bakar).
|
Hipokalemi.
|
|
Kadar
protein.
|
Kehilangan
protein ke dalam jaringan akibat kenaikan permeabilitas.
|
Hipoproteinemia.
|
Kehilangan
protein waktu berlangsung terus katabolisme.
|
Hipoproteinemia.
|
|
Keseimbangan
nitrogen.
|
Katabolisme
jaringan, kehilangan protein dalam jaringan, lebih banyak kehilangan dari
masukan.
|
Keseimbangan
nitrogen negatif.
|
Katabolisme
jaringan, kehilangan protein, immobilitas.
|
Keseimbangan nitrogen negatif.
|
|
Keseimbangan asam basa.
|
Metabolisme anaerob karena perfusi jarinagn
berkurang peningkatan asam dari produk akhir, fungsi renal berkurang
(menyebabkan retensi produk akhir tertahan), kehilangan bikarbonas serum.
|
Asidosis metabolik.
|
Kehilangan sodium bicarbonas melalui
diuresis, hipermetabolisme disertai peningkatan produk akhir metabolisme.
|
Asidosis metabolik.
|
|
Respon stres.
|
Terjadi karena trauma, peningkatan produksi cortison.
|
Aliran darah renal berkurang.
|
Terjadi karena sifat cidera berlangsung lama dan terancam psikologi
pribadi.
|
Stres karena luka.
|
|
Eritrosit
|
Terjadi karena panas, pecah menjadi fragil.
|
Luka bakar termal.
|
Tidak terjadi pada hari-hari pertama.
|
Hemokonsentrasi.
|
|
Lambung.
|
Curling ulcer (ulkus pada gaster), perdarahan lambung, nyeri.
|
Rangsangan central di hipotalamus dan
peingkatan jumlah cortison.
|
Akut dilatasi dan paralise usus.
|
Peningkatan jumlah cortison.
|
|
Jantung.
|
MDF meningkat 2x lipat, merupakan glikoprotein yang toxic yang
dihasilkan oleh kulit yang terbakar.
|
Disfungsi jantung.
|
Peningkatan zat MDF (miokard depresant factor) sampai 26 unit,
bertanggung jawab terhadap syok spetic.
|
CO menurun.
|
E.
Manifestasi Klinis Combustio
|
Kedalaman
|
Penyebab
|
Penampilan
|
Warna
|
Perasaan
|
|
Ketebalan
partial superfisial
(tingkat
I)
|
Jilatan
api, sinar ultra violet (terbakar oleh matahari).
|
Kering
tidak ada gelembung.
Oedem
minimal atau tidak ada.
Pucat
bila ditekan dengan ujung jari, berisi kembali bila tekanan dilepas.
|
Bertambah
merah.
|
Nyeri
|
|
Lebih dalam
dari ketebalan partial
(tingkat
II)
-
Superfisial
-
Dalam
|
Kontak
dengan bahan air atau bahan padat.
Jilatan
api kepada pakaian.
Jilatan
langsung kimiawi.
Sinar
ultra violet.
|
Blister
besar dan lembab yang ukurannya bertambah besar.
Pucat
bial ditekan dengan ujung jari, bila tekanan dilepas berisi kembali.
|
Berbintik-bintik
yang kurang jelas, putih, coklat, pink, daerah merah coklat.
|
Sangat nyeri
|
|
Ketebalan
sepenuhnya
(tingkat
III)
|
Kontak
dengan bahan cair atau padat.
Nyala
api.
Kimia.
Kontak
dengan arus listrik.
|
Kering
disertai kulit mengelupas.
Pembuluh
darah seperti arang terlihat dibawah kulit yang mengelupas.
Gelembung
jarang, dindingnya sangat tipis, tidak membesar.
Tidak
pucat bila ditekan.
|
Putih,
kering, hitam, coklat tua.
Hitam.
Merah.
|
Tidak
sakit, sedikit sakit.
Rambut mudah
lepas bila dicabut.
|
F.
Pemeriksaan Diagnostik Combustio
·
Hitung darah lengkap : Pe ↑ Ht karena kehilangan cairan, pe ↓ HT dan SDM terjadi kerana trauma
panas di endothelium pembuluh darah.
·
Leukosit : me
↑ karena kerusakan sel dan respon inflamasi terhadap cedera
·
AGD : Pe ↓
PaO2 dan pe ↑ PaCO2 terjadi karena retensi CO, asidosis terjadi karena pe ↓
fungsi ginjal
·
COHbg : Pe ↑
> 15 % karena keracunan monoksida
·
Bronkoskopi :
Mengetahui luas cedera inhalasi, edema, perdarahan, ulkus
·
EKG : tanda
iskemi miokard, disritmia
·
Elektrolit serum : K ↑ karena cedera jaringan, penurunan fungsi ginjal. K ↓ karena
diuresis. Na ↓ pada kehilangan air, me ↑ bila terjadi konservasi ginjal
·
Glukosa serum
: Pe ↑ menunjukkan respon stress
·
Albumin serum
: me ↓ karena kehilangan protein dan cedera jaringan
·
BUN / Kreatinin : Pe ↑ karena pe ↓ perfusi ginjal
·
Urin : Albumin
(+), Hb (+), mioglobin (+) menunjukkan kerusakan jaringan dalam
·
Rontgent thorax : untuk mengetahui adanya cedera inhalasi saluran nafas
G.
Penatalaksanaan Combustio
a.
Resusitasi cairan
Dalam 24 jam pertama untuk pemberian cairan intravena jenis Ringer Laktat
digunakan rumus Formula Baxter, yaitu : ml
x KgBB x Luas luka bakar
24 jam
Kebutuhan faal:
< 1 tahun : BB x 100 cc
1 – 3 tahun : BB x 75 cc
3 – 5 tahun : BB x 50 cc
½ à diberikan 8
jam pertama
½ à diberikan 16
jam berikutnya
¼ àdiberikan pada 32 jam berikutnya
Hari kedua:
Dewasa : Dextran 500 – 2000 + D5% / albumin.
( 3-x) x 80 x BB gr/hr
100
(Albumin 25% = gram x 4 cc) à 1 cc/mnt.
Anak : Diberi sesuai kebutuhan faal.
b.
Resusitasi A, B, C.
A: Pernafasan:
-
Udara panas à mukosa rusak à oedem à obstruksi.
-
Efek toksik dari asap: HCN, NO2, HCL, Bensin à iritasi à Bronkhokontriksi à obstruksi à
gagal nafas.
B:
Sirkulasi: gangguan permeabilitas
kapiler: cairan dari intra vaskuler pindah ke ekstra vaskuler à hipovolemi relatif à syok à ATN à gagal ginjal.
c.
Infus, kateter, CVP, oksigen, Laboratorium,
kultur luka.
d.
Monitor urine dan CVP.
e.
Topikal dan tutup luka
·
Cuci luka dengan savlon : NaCl 0,9% ( 1 : 30 ) + buang jaringan nekrotik.
·
Tulle.
·
Silver sulfa diazin tebal.
·
Tutup kassa tebal.
·
Evaluasi 5 – 7 hari, kecuali balutan kotor.
f.
Analgetik: Mengurangi nyeri terutama pada luka bakar derajat II, seperti
golongan morphin, Meperidine, dan Nalbuphine.
g.
Antibiotik: Mencegah septicemia, yang biasanya digunakan adalah
aminoglycoside dan cephalosporin
h.
Perawatan luka: Perawatan luka dilakukan dengan teknik aseptic, menggunakan
antimikroba topical seperti silver sulfadiazine, mafedine acetate,
nitrofurazone
i.
Pembedahan: Dilakukan pada luka bakar yang luas dengan melakukan eksisi
untuk merangsang pertumbuhan jaringan baru atau juga dengan melakukan skin
grafting, pada luka bakar dengan derjat kedalaman IV dimana jaringan kulit dan
penunjang dibawahnya telah mati, maka kemungkinan dilakukan amputasi akan lebih
besar.
H.
Komplikasi Combustio
a.
Infeksi.
Infeksi merupakan masalah utama. Bila infeksi berat, maka penderita dapat
mengalami sepsis. Berikan antibiotika berspektrum luas, bila perlu dalam bentuk
kombinasi.Kortikosteroid jangan diberikan karena bersifat imunosupresif
(menekan daya tahan), kecuali pada keadaan tertentu, misalnya pda edema larings
berat demi kepentingan penyelamatan jiwa penderita.
b.
Curling’s
ulcer (ulkus Curling).
Ini merupakan komplikasi serius, biasanya muncul pada hari ke 5–10.Terjadi
ulkus pada duodenum atau lambung, kadang-kadang dijumpai hematemesis.Antasida
harus diberikan secara rutin pada penderita luka bakar sedang hingga berat.
Pada endoskopi 75% penderita luka bakar menunjukkan ulkus di duodenum.
c.
Gangguan
Jalan nafas.
Paling dini muncul dibandingkan komplikasi lainnya, muncul pada hari
pertama. Terjadi karena inhalasi, aspirasi, edema paru dan infeksi. Penanganan
dengan jalan membersihkan jalan nafas, memberikan oksigen, trakeostomi,
pemberian kortikosteroid dosis tinggi
dan antibiotika.
d.
Konvulsi.
Komplikasi yang sering terjadi pada anak-anak adalah konvulsi. Hal ini disebabkan oleh ketidakseimbangan elektrolit, hipoksia, infeksi, obat-obatan (penisilin, aminofilin, difenhidramin) dan 33% oleh sebab yang tak diketahui.
Komplikasi yang sering terjadi pada anak-anak adalah konvulsi. Hal ini disebabkan oleh ketidakseimbangan elektrolit, hipoksia, infeksi, obat-obatan (penisilin, aminofilin, difenhidramin) dan 33% oleh sebab yang tak diketahui.
e.
Kontraktur
f.
Ganguan
Kosmetik akibat jaringan parut
I. PATOFISIOLOGI
Efek fisiologi yang
merugikan pada luka bakar dapat ringan, pembentukan jaringan parut lokal atau
luka bakar yang berat yang berupa kematian. Pada luka bakar yang lebih besar
terjadi kecacatan. Setelah permulaan luka bakar dan akibat trauma kulit dapat
berkembang dan merusak berbagai organ. Perkembangan ini kompleks dan pada
beberapa kasus kejadiannya tak dapat dijelaskan. Yang penting besarnya
perubahan fisiologi yang disertai dengan luka bakar berkisar pada dua kejadian
yang mendasari yaitu :
•
Kerusakan langsung pada kulit dan gangguan
fungsinya.
•
Stimulasi kompensasi reaksi pertahanan masif
yang meliputi pengaktifan respon keradangan dan respon stress sistem syaraf
simpatis.
•
Kerusakan
kulit dan kehilangan fungsi.
•
Tubuh mempunyai beberapa metode untuk
mengkompensasi terhadap luasnya variasi dalam temperatur eksternal. Sirkulasi
darah bertindak menghasilkan dan menghantarkan panas, penghantaran pasas yang
efisien di bawah normal. Bila panas diberikan pada kulit maka temperatur
subdermal segera meningkat dengan cepat. Segera sumber panas dipindah
(diangkat), tubuh akan kembali normal dalam beberapa detik. Jika sumber panas tidak
segera dihilangkan atau diberikan rata-rata atau pada tingkat yang melebihi
kapasitas kulit untuk menghantarkannya, maka terjadilah kerusakan kulit.
Paparan panas yang relatif rendah yang lama atau paparan pendek temperaturnya
yang lebih tinggi dapat menyebabkan kerusakan kulit yang progresif pada tingkat
yang lebih dalam. Kebanyakan luka bakar pada ukuran yang berarti menyebabkan
kerusakan sel melalui semua lapisan, meskipun tidak sama pada semua area.
•
Ketebalan kulit yang terlibat tergantung pada kerusakan
jaringan yang disebabkan oleh panas. Panas yang kurang dalam waktu yang
diperlukan untuk kerusakan pada daerah tubuh dengan kulit tipis sebanding
dengan daerah dimana kulit lebih tebal. Kulit yang paling tebal adalah pada
daerah belakang dan paha, dan yang paling tipis sekitar tangan bagian medial,
batang hidung dan wajah. Kulit umumnya
lebih tipis pada anak-anak dan orang tua dari pada dewasa pertengahan. Orang
tua mempunyai penurunan lapisan subkutan, kehilangan serat elastik dan
pengurangan semua kemampuan untuk merespon terhadap trauma.
•
Aktifitas
Respon Kompensasi Terhadap Keradangan.
Beberapa luka jaringan yang diterima tubuh sebagai
ancaman homeostasis yang normal adalah respon pertahanan yang dirangsang
sebagai sebagai kondisi dan kerusakan, urutan respun aktual ini selalu sama.
Besarnya respon tergantung pada intensitas dan lamanya permulaam kerusakan.
Satu hal yang penting untuk diingat dahwa respon keradangan (inflamatory
respon) merupakan mekanisme kompensasi yang segera membantu tubuh bila invasi
atau luka terjadi. Aksi-aksi ini merencanakan pertahanan lokal dan dalam waktu
yang relatif pendek. Bila aksi-aksi ini menyebar cepat dan menetap, maka akan
menyebabkan komplikasi fisiologis yang merugikan yang juga mempengaruhi
pertahanan homeostasis.
Perubahan rangsangan fisiologis meliputi peningkatan
rata-rata dan kedalaman pernafasan, peningkatan rata-rata denyut jantung,
vasokunstriksi selektif, peningkatan aliran darah otak, hati, muskuloskeletal
dan miokardium, peningkatan metabolisme dan pembentukan substansi energi tinggi
dan penurunan persediaan glikogen dan lemak. Perubahan fisiologis yang
terhambat meliputi penurunan aliran darah ke kulit, ginjal dan saluran
pencernaan (traktus intestinal) serta penurunan pergerakan sistem pencernaan (Gastrointestinal)
dan sekresi. Respon ini berguna bagi tubuh untuk waktu yang pendek dan membantu
mempertahankan fungsi organ vital dalam kondisi yang merugikan atau memperburuk
keadaan. Bagaimanapun bila respon simpatis berlanjut untuk waktu yang lama tanpa
pengaruh dari luar, respon tubuh menjadi lebih tertekan dan menyebabkan kondisi
patologis menuju kehabisan sumber yang bersifat adaptasi.
2.3 Asuhan Keperawatan
Trigger case
Pasien dibawa ke RS akibat luka
bakar 11% meliputi kulit wajah, kedua lengan dan kaki kiri melepuh karena
terkena api sejak 8 jam sebelum masuk RS. Keadaan umum pasien kesadaran
composmentis, nafas spontan, frekuensi pernafasan 20x/menit, reguler, kedalaman
cukup, akral hangat, CRT<2detik, TD: 100/80 mmHg, N: 112x/menit, suhu: febris,
GCS 15, E4 M6 V5. kepala dan wajah : deformitas (-), tampak bula pada sisi kiri
wajah, bibir edema (+), mata kelopak atas mata kiri edema (+) dan tidak dapat
dibuka, konjungtiva tidak pucat, Sklera
tidak ikterik, jantung: BJ I dan II normal, murmur (-), gallop (-), paru :
vasikuler, ronkhi -/-, wheezhing -/-, abdomen: datar, lemas,NT (-),
tidak teraba massa, BU (+) normal.
2.3.1
Pengkajian
1.
Anamnesa
a.
Identitas:
Nama :
Tn. A
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 35
Tahun
Status perkawinan : Menikah
Pendidikan : SMA
Suku/Bangsa : Indonesia
Alamat : Beji, Jenu, Tuban
Pekerjaan : Wiraswasta
Tanggal MRS : 20
Maret 2013
Sumber informasi :
klien dan keluarga
b. Keluhan
utama: Luka bakar
c. Riwayat
penyakit sekarang:
Seorang pasien dibawa ke RS dengan luka bakar 11% meliputi
kulit wajah, kedua lengan dan kaki kiri melepuh karena terkena api sejak 8 jam
sebelum masuk RS. Sebelumnya pasien sedang membakar sampah di belakang
rumahnya, api semakin membesar saat ada letusan seperti ada lampu neon bekas yang
ikut terbakar. Pasien yang terlalu dekat dengan api mengakibatkan tubuhnya
terkena nyala api tersebut. Anggota tubuh yang terkena adalah kulit wajah,
kedua lengan dan kaki kirinya. Oleh keluarga, pasien dibawa ke puskesmas
terdekat dan diberi salep namun luka tak kunjung membaik sehingga akhirnya
dibawa ke RS.
d.
Riwayat penyakit dahulu: -
2. Riwayat
Kesehatan Keluarga: -
3.
Pemeriksaan fisik (ROS)
B1(breathing):
nafas
spontan, frekuensi pernafasan 20x/menit, reguler, kedalaman cukup, suara
paru vasikuler, ronkhi
-/-,
wheezhing -/-
MK:
-
B2 (blood):
akral hangat, CRT<2detik, TD: 100/80mmHg,
N: 112x/menit, suhu 38,5oC ,konjungtiva tidak pucat, Sklera tidak
ikterik, jantung: BJ I dan II normal, murmur (-), gallop (-)
MK: Gg. Perfusi
jaringan
B3 (Brain):
GCS (E-4 V-5 M-6), kesadaran composmentis, ,
ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri, marah
MK: Cemas
B4 (bladder):
Output urine menurun (700cc/hari), tampak
bula pada sisi kiri wajah, bibir edema (+), mata kelopak atas mata kiri edema
(+) dan tidak dapat dibuka
MK: Kekurangan volume cairan
B5
(bowel):
Abdomen:
datar, lemas,NT (-), tidak teraba massa, BU (+) normal
MK: -
B6 (bone):
Kepala dan wajah : deformitas (-), tampak
bula pada sisi kiri wajah, bibir edema (+), mata kelopak atas mata kiri edema
(+) dan tidak dapat dibuka, Penurunan
kekuatan, tahanan; keterbatasan rentang gerak pada area yang sakit; gangguan
massa otot, perubahan tonus, kulit wajah, kedua lengan dan kaki kiri melepuh
MK:
intoleransi aktivitas, kerusakan
integritas kulit
Pemeriksaan Penunjang
•
LED: mengkaji hemokonsentrasi.
•
Elektrolit serum mendeteksi ketidakseimbangan
cairan dan biokimia. Ini terutama penting untuk memeriksa kalium terdapat
peningkatan dalam 24 jam pertama karena peningkatan kalium dapat menyebabkan
henti jantung.
•
Gas-gas darah arteri (GDA) dan sinar X dada
mengkaji fungsi pulmonal, khususnya pada cedera inhalasi asap.
•
BUN dan kreatinin mengkaji fungsi ginjal.
•
Urinalisis menunjukkan mioglobin dan
hemokromogen menandakan kerusakan otot pada luka bakar ketebalan penuh luas.
•
Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi
asap.
•
Koagulasi memeriksa faktor-faktor pembekuan yang
dapat menurun pada luka bakar masif. Kadar karbon monoksida serum meningkat
pada cedera inhalasi asap.
Analisa
Data
|
Analisa Data
|
Etiologi
|
Masalah Keperawatan
|
|
q
DS:
keluarga
klien mengatakan bibir dan kelopak mata kiri
klien bengkak dan tidak dapat dibuka
q
DO:
- tampak
bula pada sisi kiri wajah, bibir edema (+), mata kelopak atas mata kiri edema
(+) dan tidak dapat dibuka - kulit
wajah, kedua lengan dan kaki kiri melepuh
- output urine menurun 700cc/hari
- TTV:
TD:
100/80 mmHg
N: 112x/menit
RR:
20x/menit
S: 38,5oC
|
MK:
kekurangan volume cairan
|
Kekurangan
volume cairan
|
|
q
DS
:
keluarga klien mengatakan kulit wajah, kedua lengan dan kaki kiri klien
melepuh
q
DO:
-Kulit wajah, kedua lengan dan kaki kiri melepuh
- suhu tubuh febris : 38,5oC
|
MK:
Resti infeksi
|
Resti
infeksi
|
2.3.2
Diagnosa
- Kekurangan volume cairan b/d terjadinya
hemokonsentrasi
- Resti infeksi b/d terbukanya jaringan
kulit
KONSEP SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Pokok Bahasan :
Combustio atau luka bakar
Waktu : Pukul 07.30 – 08.00
Hari/tanggal : Rabu / 20 Maret 2013
Tempat : RS NU Tuban
Sasaran :
Pengunjung/keluarga
pasien
Penyuluh : Mahasiswa STIKES NU Tuban
Semester VI
---------------------------------------------------------------------------------------------------
A. Tujuan Instruksional
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mendapat penyuluhan tentang combustio atau luka bakar selama 30 menit, diharapkan peserta
mengerti tentang perawatan pada pasien combustio atau luka
bakar
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mendapatkan penyuluhan, diharapkan mahasiswa mampu :
a. Menjelaskan tentang pengertian Combustio atau luka bakar
b. Menjelaskan tentang penyebab Combustio
atau luka bakar
c. Menjelaskan
tentang tanda dan gejala Combustio atau luka bakar
d. Menyebutkan penanganan pada Combustio
atau luka bakar
B. Metode belajar
- Ceramah
- Tanya jawab
- Brain storming
C. Alat dan Media
- Laptop dan LCD
- Flipchart
- Leaflet
-
Kegiatan Penyuluhan
|
No
|
Waktu
|
Kegiatan Penyuluh
|
Respon Peserta
|
|
1
|
5 menit
|
Pembukaan
1. Menyampaikan salam pembuka
2. Memperkenalkan diri
3. Menyampaikan tujuan
penyuluhan
|
Membalas salam
Memperhatikan
|
|
2
|
a) enit
|
a) Penyampaian Materi, tentang: Definisi, etiologi, penananganan
combustio
b) Pemberian
kesempatan pada peserta penyuluhan untuk bertanya
c) Menjawab
pertanyaan peserta penyuluhan
yang berkaitan dengan materi
|
1) Memperhatikan
penjelasan dan demonstrasi dengan
cermat
2) Menanyakan
hal yang belum jelas
3) Memperhatikan
jawaban penyuluhan
|
|
3
|
15 menit
|
Penutup
1. Tanya
jawab (evaluasi)
2. Menyimpulkan
hasil penyuluhan
3. Mengakhiri
kegiatan
4. Mengucapkan salam
5. Membagikan leaflet
|
1.Berpartisipasi aktif dalam
kegiatan diskusi dan tanya jawab
2.Menjelaskan kembali materi dan menjawab pertanyaan.
3.Mendengarkan dan membalas salam
|
-
Pengorganisasian
dan Job Discription
1. Pembimbing :
Kusno Feriyanto, S. Kep. Ns, MM
2. Moderator : Alvino Erick
Job Discription : Membuka dan menutup
kegiatan
Membuat susunan
acara dengan jelas
Memimpin jalannya kegiatan
3. Penyaji :
Imam
Khambali
Job
Discription : Menyampaikan materi penyuluhan dengan jelas
4. Observer : Umi Nur Azizah
Job
Discription : Membuat resume
kegiatan Penyuluhan
5. Fasilitator :
1) Siti Hidayatul Uma
2) Munaji
Job Discription : Membantu menyiapkan perlengkapan
penyuluhan
Memotivasi audience untuk bertanya
Menanggapi pertanyaan audience
-
Kritera Evaluasi
1. Evaluasi struktur
1) Pengunjung/keluarga
pasien
2) Penyelenggaraan penyuluhan di RS NU Tuban
3) Pengorganisasian penyelenggaraan
penyuluhan dilakukan oleh mahasiswa STIKES NU semester VI.
4) Kontrak waktu dilakukan 1 hari sebelum Penyuluhan dan 15 menit sebelum pelaksanaan Penyuluhan.
2. Evaluasi proses
1) Peserta antusias terhadap materi penyuluhan.
2) Peserta mengikuti penyuluhan sampai selesai.
3) Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan
secara benar.
4)
Peserta berpartisipasi aktif dalam kegiatan sharing.
3. Evaluasi hasil :
1)
Peserta mampu menjelaskan tentang pengertian combustio
atau luka bakar
2) Peserta mampu menjelaskan tentang penyebab
combustio atau luka bakar
3) Peserta mampu menyebutkan penanganan pada combustio atau
luka bakar
MATERI PENYULUHAN
Pengertian
Combustio atau
luka bakar adalah adalah kerusakan atau kehilangan lapisan pada kulit yang
disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia,
listrik, dan radiasi.
penyebab
a)
Luka Bakar Suhu Tinggi (gas, cairan, bahan padat )
b)
Luka Bakar Bahan Kimia
c)
Luka Bakar Sengatan Listrik
d)
Luka Bakar Radiasi
III. PENANGANAN
1.
Hal pertama yg harus dilakukan adalah menjauhkan korban dr
sumber trauma, padamkan api dan siram kulit yg panas dg air. Pada trauma kimia
siram kulit dg air mengalir.
2.
Merendam bagian yg terbakar selama
15 menit pertama sangat bermanfaat. Dan tidak dianjurkan pada luka bakar >
10%
3.
Bebaskan jalan napas jika terjadi
cedera inhalasi (hirupan asap kebaran)
4.
Cuci luka setelah sirkulasi/
aliran darah dan napas stabil
5.
Berikan salep burnazin atau
bioplasenton untuk luka bakar
6.
Balut luka bakar dengan kasa
gulung yg steril
7.
Pengolesan salep bisa beberapa
kali dalam sehari
8.
Jangan merobek gelembung cairan
luka bakr
9.
Jika luka bakar mengenai seluruh
tubuh, rujuk ke pelayanan kesehatan terdekat untuk penanganan serius.
DAFTAR HADIR PESERTA
PENDIDIKAN KESEHATAN DI RS NU TUBAN
TANGGAL 20 MARET 2013
|
NO
|
NAMA
|
ALAMAT
|
TANDA
TANGAN
|
|
|
|
|
|
LEMBAR OBSERVASI
|
KRITERIA
STRUKTUR
|
KRITERIA
PROSES
|
KRITERIA
HASIL
|
|
1.
Peserta hadir ditempat penyuluhan 15 menit sebelum
acara dimulai ( )
2.
Penyelenggaraan Penyuluhan dilakukan di RS NU Tuban( )
3.
Pengorganisasian dilaksanakan sebelum
penyuluhan ( )
|
1. Masing-masing anggota Tim bekerja
sesuai dengan tugas :
a. Moderator
- Membuka kegiatan ( )
- Tidak berbelit-belit ( )
- Susunan acara jelas ( )
b. Penyaji
- Komunikatif ( )
- Menyampaikan isi dengan jelas ( )
- Sesuai/tepat waktu ( )
c. Demonstran
- Persiapan alat dan bahan ( )
- Persiapan penderita ( )
-Pemberian obat sesuai prosedur( )
d. Fasilitator
-membantu menyiapkan perlengkapan penyuluhan
( )
- Memotivasi audience untuk bertanya( )
-Membantu penyaji dalam menganggapi pertanyaan
audience ( )
2.Peserta antusias terhadap materi
penyuluhan yang diberikan, serta peserta yang terlibat aktif dalam penyuluhan
50 % dari yang hadir.( )
3. Peserta Tidak ada yang meninggalkan tempat
sebelum penyuluhan selesai ( )
|
1.Peserta dapat menjawab pertanyaan yang
diajukan tentang :
a.Pengertian Combustio
( )
b.Penyebab Combustio
( )
c.Penanganan Combustio ( )
|
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Combustio
atau Luka bakar adalah kehilangan atau kerusakan jaringan (sekitar kulit) yang
disebabkan karena radiasi, sengatan api, listrik dan paparan panas.Fasenya ada
3, yaitu fase awal/syok, fase sub akut dan fase lanjut.Penanganan pada
combustio Prioritas pertama dalam ruang darurat adalah ABC (airway,
breathing, circulation). Setelah menangani kesulitan pernafasan,
kebutuhan yang paling mendesak adalah mencegah terjadinya syok irreversible
dengan menggantikan cairan dan elektrolit yang hilang dan selanjutnya melakukan
perawatan pada luka.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Mariylnn E., Mary Frances, Alice C. Rencana
asuhan keperawatan untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Alih bahasa: I Made Kariasa, Ni
Made Sumarwati.Ed 3, Jakarta: EGC, 1999
Sjamsuhidajat, R., Wim de Jong, Buku-ajar Ilmu Bedah. Ed: revisi. Jakarta: EGC, 1998
Hudak, Carolyn M, Barbara, M.,Gallo. Critical Care Nursing. Alih bahasa: Monica E.D Adiyanti, Made
Kariasa, Made Sumarwati, Efi Afifah, cetakan 1, Jakarta: EGC, 1996.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar