Selasa, 17 September 2013

ASKEP COMBUSTIO


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Luka bakar dapat mengakibatkan masalah yang kompleks yang dapat meluas melebihi kerusakan fisik yang terlihat pada jaringan yang terluka secara langsung. Masalah kompleks ini mempengaruhi semua sistem tubuh dan beberapa keadaan yang mengancam kehidupan. Dua puluh tahun lalu, seorang dengan luka bakar 50% dari luas permukaan tubuh dan mengalami komplikasi dari luka dan pengobatan dapat terjadi gangguan fungsional, hal ini mempunyai harapan hidup kurang dari 50%. Sekarang, seorang dewasa dengan luas luka bakar 75% mempunyai harapan hidup 50%. dan bukan merupakan hal yang luar biasa untuk memulangkanpasien dengan luka bakar 95% yang diselamatkan. Pengurangan waktu penyembuhan, antisipasi dan penanganan secara dini untuk mencegah komplikasi, pemeliharaan fungsi tubuh dalam perawatan luka dan tehnik rehabilitasi yang lebih efektif semuanya dapat meningkatkan rata-rata harapan hidup pada sejumlah klien dengan luka bakar serius.
Beberapa karakteristik luka bakar yang terjadi membutuhkan tindakan khusus yang berbeda. Karakteristik ini meliputi luasnya, penyebab(etiologi) dan anatomi luka bakar. Luka bakar yang melibatkan permukaan tubuh yang besar atau yang meluas ke jaringan yang lebih dalam, memerlukan tindakan yang lebih intensif daripada luka bakar yang lebih kecil dan superficial. Luka bakar yang disebabkan oleh cairan yang panas (scald burn) mempunyai perbedaan prognosis dan komplikasi dari pada luka bakar yang sama yang disebabkan oleh api atau paparan radiasi ionisasi. Luka bakar karena bahan kimia memerlukan pengobatan yang berbeda dibandingkan karena sengatan listrik (elektrik) atau persikan api. Luka bakar yang mengenai genetalia menyebabkan resiko nifeksi yang lebih besar daripada di tempat lain dengan ukuran yang sama. Luka bakar pada kaki atau tangan dapat mempengaruhi kemampuan fungsi kerja klien dan memerlukan tehnik pengobatan yang berbeda dari lokasi pada tubuh yang lain. Pengetahuan umum perawat tentang anatomi fisiologi kulit, patofisiologi luka bakar sangat diperlukan untuk mengenal perbedaan dan derajat luka bakar tertentu dan berguna untuk mengantisipasi harapan hidup serta terjadinya komplikasi multi organ yang menyertai.
Prognosis klien yang mengalami suatu luka bakar berhubungan langsung dengan lokasi dan ukuran luka bakar. Faktor lain seperti umur, status kesehatan sebelumnya dan inhalasi asap dapat mempengaruhi beratnya luka bakar dan pengaruh lain yang menyertai. Klien luka bakar sering mengalami kejadian bersamaan yang merugikan, seperti luka atau kematian anggota keluarga yang lain, kehilangan rumah dan lainnya. Klien luka bakar harus dirujuk untuk mendapatkan fasilitas perawatan yang lebih baik untuk menangani segera dan masalah jangka panjang yang menyertai pada luka bakar tertentu.
1.2  Tujuan
A.      Tujuan Umum
Mengetahui secara umum mengenai combustio  serta asuhan keperawatan yang tepat terhadap pasien combustio  tersebut.

B.       Tujuan khusus
1.      Mengetahui konsep dasar combustio
2.      Mengetahui WOC combustio
3.      Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien combustio

1.3  Manfaat
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan combustio  yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi  dan evaluasi.





BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Anatomi dan Fisiologi Integument
*        Pengertian
Kata ini berasal dari bahasa Latin "integumentum", yang berarti "penutup". Sistem integumen adalah sistem organ yang membedakan, memisahkan, melindungi, dan menginformasikan organisme terhadap lingkungan sekitarnya. Sistem ini merupakan bagian sistem organ yang terbesar yang mencakup kulit, rambut, bulu, kuku, kelenjar keringat dan produknya (keringat atau lendir). Pembungkus elastis yang melindungi kulit dari pengaruh lingkungan. Alat tubuh yang terberat : 15 % dari berat badan. Luas : 1,50 – 1,75 m. Tebal rata – rata : 1,22mm. Daerah yang paling tebal (66 mm), pada telapak tangan dan telapak kaki dan paling tipis (0,5 mm) pada daerah penis.
      
*        Beberapa macam fungsi sistem integument
1.    Fungsi metabolik : menyimpan energi mll cadangan lemak; sintesis vitamin  D
2.    Ekskresi & absorpsi
3.    Fungsi Proteksi
4.    Fungsi Absorpsi
5.    Fungsi Ekskresi
6.    Fungsi Persepsi
7.    Fungsi Pengaturan Suhu Tubuh (termoregulasi)
8.    Fungsi Pembentukan Pigmen
9.    Fungsi Keratinisasi
10.               Fungsi Pembentukan Vitamin D

*        Klasifikasi
a.       Warna : terang (fair skin), pirang, dan hitam ;merah muda : pada telapak kaki dan tangan bayi ;hitam kecokelatan : pada genitalia orang dewasa
b.      Jenisnya : Elastis dan longgar : pada palpebra, bibir, dan preputium ;Tebal dan tegang: pada telapak kaki dan tangan orang dewasa ;Tipis : pada wajah ; Lembut : pada leher dan badan ;Berambut kasar : pada kepala.

*        Keistimewaan Sistem Integumen
Mampu memperbaiki sendiri (self-repairing) & mekanisme pertahanan tubuh pertama (pembatas antara lingkungan luar tubuh dg dalam tubuh).

*        Fungsi Sistem Integumen
1.    PELINDUNG : dari kekeringan, invasi mikroorganisme, sinar ultraviolet, kimia, atau suhu
2.    PENERIMA SENSASI : sentuhan, tekanan, nyeri, & suhu
3.    PENGATUR SUHU : menurunkan kehilangan panas saat suhu dingin & meningkatkan kehilangan panas saat suhu panas
Kulit punya bantalan lemak, ketebalan, serabut jaringan penunjang yang dapat melindungi tubuh dari gangguan fisis/ mekanis (tekanan, gesekan, tarikan), kimiawi (iritan), panas : radiasi, sengatan sinar UV, infeksi luar (bakteri, jamur)
*      Beberapa macam perlindungan
a.    Melanosit => lindungi kulit dari pajanan sinar matahari dengan mengadakan tanning (penggelapan kulit)
b.    Stratum korneum impermeable terhadap berbagai zat kimia dan air.
c.    Keasaman kulit karena ekskresi keringat dan sebum => perlindungan kimiawi terhadap infeksi bakteri maupun jamur
d.   Proses keratinisasi => sebagai sawar (barrier) mekanis karena sel mati melepaskan diri secara teratur.
  









1. EPIDERMIS
a. Stratum korneum / Lapisan tanduk : Terdiri dari beberapa lapis sel gepeng yang mati dan tidak berinti ; Protoplasmanya telah berubah menjadi keratin (zat tanduk).
b. Stratum Lusidum : Lapisan sel gepeng tanpa inti ;protoplasma berubah menjadi protein (eleidin); Biasanya terdapat pada kulit tebal telapak kaki dan telapak tangan; tidak tampak pada kulit tipis.
c. Stratum granulosum / Lapisan Granular: Merupakan 2 atau 3 lapis sel gepeng ;Sitoplasma berbutir kasar yang terdiri atas keratohialin dan terdapat inti diantaranya ;Mukosa tidak mempunyai lapisan ini
d. Stratum spinosum / lapisan Malphigi : Lapisan epidermis yang paling tebal ;Terdiri dari sel polygonal, besarnya berbeda-beda ;Protoplasmanya jernih; terdapat jembatan antarsel (intecelluler bridges);Terdapat juga sel langerhans yang berperan dalam respon – respon antigen kutaneus.
e. Stratum basale: Terdiri dari sel – sel kuboid yang tegak lurus terhadap dermis; Tersusun sebagai tiang pagar; Lapisan terbawah dari epidermis; Mengadakan mitosis dan berfungsi reproduktif; Terdapat melanosit (clear cell) yaitu sel yang yang membentuk melanin melindungi kulit dari sinar matahari.
      Setiap kulit yang mati banyak mengandung keratin yang membentuk barier terluar kulit yang berfungsi :
¡  Mengusir mikroorganisme patogen.
¡  Mencegah kehilangan cairan yang berlebihan dari tubuh.
¡  Unsur utama yang mengeraskan rambut dan kuku.
Setiap kulit yang mati akan terganti tiap 3- 4 minggu. Epidermis akan bertambah tebal jika bagian tersebut sering digunakan.


2. DERMIS
Dermis merupakan lapisan dibawah epidermis. Terdiri dari jaringan ikat yang terdiri dari 2 lapisan :
(1) Pars papilare : Bagian yang menonjol ke epidermis, Berisi ujung serabut saraf dan pembuluh darah
(2) Pars retikulare :Bagian yang menonjol ke subkutan ,        terdiri atas: serabut-serabut penunjang (kolagen, elastin, retikulin), terdiri dari sel fibroblast yang memproduksi kolagen dan retikularis yang  terdapat banyak p. darah , limfe, akar rambut, kelenjar keringat dan kelenjar sebaseus.




3. JARINGAN SUBKUTAN ATAU HIPODERMIS / SUBCUTIS
Terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak di dalamnya. pada lapisan ini terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembuluh darah dan getah bening.
Sel lemak
·      Lapisan terdalam banyak mengandung sel liposit yang menghasilkan banyak lemak.
·      Disebut juga panikulus adiposa yang berfungsi sebagai cadangan makanan
·      Berfungsi juga sebagai bantalan antara kulit dan struktur internal seperti otot dan tulang. Sebagai mobilitas kulit, perubahan kontur tubuh dan penyekatan panas.Sebagai bantalan terhadap trauma. Tempat penumpukan energi.
Lapisan Subkutis (hypodermis)
Lapisan paling dalam, terdiri dari jaringan ikat longgar berisi sel lemak yang bulat, besar, dengan inti mendesak ke pinggir sitoplasma lemak yang bertambah. Sel ini berkelompok dan dipisahkan oleh trabekula yang fibrosa. Lapisan sel lemak disebut dengan panikulus adiposa, berfungsi sebagai cadangan makanan. Di lapisan ini terdapat saraf tepi, pembuluh darah, dan getah bening. Lapisan lemak berfungsi juga sebagai bantalan, ketebalannya berbeda pada beberapa kulit. Di kelopak mata dan penis lebih tipis, di perut lebih tebal (sampai 3 cm).

2.2  Konsep Dasar Combustio
A.    Definisi Combustio
¡  Moenajat, 2001
Luka  bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seprti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi
¡  Irna Bedah RSUD Dr.Soetomo, 2001
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam.
¡  Effendy, 1999
Luka bakar adalah suatu luka yang disebabkan karena adanya perpindahan energi dari sumber panas ketubuh, dan panas tersebut bisa dihantarkan melalui konduksi atau radiasi elektromagnetik
B.     Etiologi Combustio
1.      Dry Heat. Misalnya : jilatan api langsung seperti pada korban kebakaran dan pengeboman.
2.      Moist Heat. Luka bakar yang disebabkan oleh air panas
3.      Benda-benda panas. Misalnya : logam panas, aspal panas bisa menyebabakan luka bakar dalam
4.      Kimia. Banyak produk kimia yang bisa menyebabkan luka bakar apakah dengan melalui kontak langsung maupun melalui ingesti. Tingkat keperahan luka bakar oleh karena bahan kimia ini tergantung dari :
·         Lamanya kontak
·         Konsentrasi bahan kimia
·         Jumlah jaringan tubuh yang terkena
·         Mekanisme kerja bahan kimia tersebut. Contoh bahan kimia yang bisa menyebabkan luka bakar ; Asam kuat (HCL, asam Sulfur), Basa kuat (Sodium Hydroxide). Asam kuat menyebabkan nekrosis koagulasi dan nyeri hebat, sedangkan basa kuat nekrosis likuifaksi, penetrasinya dalam tetapi nyeri tidak hebat.
5.      Listrik. Disebabkan oleh sengatan listrik, akibatnya akan sangat serius karena menyebabkan kerusakan / kematian pada struktur tubuh bagian dalam sampai pada kehilangan satu atau lebih anggota gerak.
6.      Radiasi. Disebabkan bila terpapar dengan bahan radioaktif dalan lumlah yang banyak, menyebabkan luka bakar yang sifatnya ringan dan jarang menyebabkan kerusakan kulit yang parah. Derajat keparahan luka bakar akibat radiasi tergantung dari :
·         Jenis radiasi
·         Jarak dari sumber radiasi
·         Lamanya paparan
·         Dosis yang diserap
·         Kedalaman penetrasi pada tubuh

C.     Fase Luka Bakar
1.    Fase akut. Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Dalam fase awal penderita akan mengalami ancaman gangguan airway (jalan nafas), brething (mekanisme bernafas), dan circulation (sirkulasi). Gnagguan airway tidak hanya dapat terjadi segera atau beberapa saat setelah terbakar, namun masih dapat terjadi obstruksi saluran pernafasan akibat cedera inhalasi dalam 48-72 jam pasca trauma. Cedera inhalasi adalah penyebab kematian utama penderiat pada fase akut. Pada fase akut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit akibat cedera termal yang berdampak sistemik.
2.    Fase sub akut. Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah kerusakan atau kehilangan jaringan akibat kontak denga sumber panas. Luka yang terjadi menyebabkan:
·         Proses inflamasi dan infeksi.
·         Problempenuutpan luka dengan titik perhatian pada luka telanjang atau tidak berbaju epitel luas dan atau pada struktur atau organ – organ fungsional.
·         Keadaan hipermetabolisme.
3.     Fase lanjut. Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat luka dan pemulihan fungsi organ-organ fungsional. Problem yang muncul pada fase ini adalah penyulit berupa parut yang hipertropik, kleoid, gangguan pigmentasi, deformitas dan kontraktur.

D.    Klasifikasi Luka Bakar
Klasifikasi luka bakar dibagi menjadi 3 yaitu:
a.    Dalamnya luka bakar
b.    Luas luka bakar
c.    Berat ringannya luka bakar
Berdasarkan kedalamannya luka bakar diklasifikasikan sebagai berikut :
1.     Luka bakar dengan ketebalan superficial ( Superficial-thickness wounds )
Kerusakan terjadi di lapisan epidermis, meliputi sel basal epitel dan membran dasar, biasanya disebabkan oleh paparan panas rendah yang lama seperti sinar matahari. Efek yang ditimbulkan adalah eritema, edema ringan, nyeri dan hipersensitif. Penyembuhan terjadi pada hari ke 3-5 tanpa jaringan parut.

2.      Luka bakar  dengan ketebalan partial ( Partial-thickness wounds )
Kerusakan terjadi diseluruh lapisan epidermis sampai di sebagian dermis, dibagi menjadi :
a.      Superficial-partial thickness wounds
Ditandai dengan adanya eritema dan lembab, blister (karena rusaknya lapisan corneum dan granulosum), nyeri serta hipersensitif. Penyembuhan terjadi pada hari 10-14.
b.      Deep-partial thickness wounds
Terjadi lebih dalam pada jaringan dermis, ditandai dengan udem, dan nyeri.  Hipoksia dan iskemi jaringan bisa terjadi karena suplai darah yang terganggu. Penyembuhan terjadi pada 3-6 minggu, dan jika penyembuhan lama tindakan skin-grafting mungkin diperlukan.

3.      Luka bakar dengan ketebalan penuh ( Full-thickness wounds )
Kerusakan terjadi di seluruh lapisan epidermis dan dermis, dimana sel epidermal tidak mampu melakukan re-epitelisasi sehingga memerlukan skin graft. Ditandai dengan luka yang keras, kering adanya eschar, warna kulit bervariasi dari seperti lilin, kemerahan, kuning, coklat atau kehitaman, sensasi menurun. Penyembuhan tergantung dari keadekuatan vaskuler yang terkena, bisa berlangsung dari minggu sampai bulan.


4.      Luka bakar dengan kedalaman penuh ( Deep-full thickness wounds )
Kerusakan terjadi sampai ke fasia, otot, tulang, dan tendon biasanya disebut sebagai derajat IV, disebabkan oleh jilatan api besar, sengatan listrik, dan bahan kimia. Ditandai dengan warna kehitaman, cekung dan sensasi sama sekali tidak ada. Tindakan yang dilakukan adalah amputasi.

Berdasarkan  luasnya luka bakar diklasifikasikan sebagai berikut:
Wallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang terkenal dengan nama rule of nine atua rule of wallace yaitu:
1)    Kepala dan leher                                      : 9%
2)    Lengan masing-masing 9%                      : 18%
3)    Badan depan 18%, badan belakang 18%            : 36%
4)    Tungkai maisng-masing 18%                   : 36%
5)    Genetalia/perineum                                  : 1%
Total    : 100%
Diagram Penentuan luas luka bakar secara lebih lengkap dijelaskan
dengan diagram Lund dan Browder sebagai berikut:

LOKASI
USIA (Tahun)
0-1
1-4
5-9
10-15
DEWASA
KEPALA
19
17
13
10
7
LEHER
2
2
2
2
2
DADA & PERUT
13
13
13
13
13
PUNGGUNG
13
13
13
13
13
PANTAT KIRI
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
PANTAT KANAN
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
KELAMIN
1
1
1
1
1
LENGAN ATAS KA.
4
4
4
4
4
LENGAN ATAS KI.
4
4
4
4
4
LENGAN BAWAH KA
3
3
3
3
3
LENGAN BAWAH KI.
3
3
3
3
3
TANGAN KA
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
TANGAN KI
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
PAHA KA.
5,5
6,5
8,5
8,5
9,5
PAHA KI.
5,5
6,5
8,5
8,5
9,5
TUNGKAI BAWAH KA
5
5
5,5
6
7
TUNGKAI BAWAH KI
5
5
5,5
6
7
KAKI KANAN
3,5
3,5
3,5
3,5
3,5
KAKI KIRI
3,5
3,5
3,5
3,5
3,5


Berdasarkan  berat ringannya luka bakar diklasifikasikan sebagai berikut:
Untuk mengkaji beratnya luka bakar harus dipertimbangkan beberapa faktor antara lain :
1)      Persentasi area (Luasnya) luka bakar pada permukaan tubuh.
2)      Kedalaman luka bakar.
3)      Anatomi lokasi luka bakar.
4)      Umur klien.
5)      Riwayat pengobatan yang lalu.
6)      Trauma yang menyertai atau bersamaan.

Perubahan fisiologi
Perubahan
Tingkatan hipovolemik
( s/d 48-72 jam pertama)
Tingkatan diuretik
(12 jam – 18/24 jam pertama)
Mekanisme
Dampak dari
Mekanisme
Dampak dari
Pergeseran cairan ekstraseluler.

Vaskuler ke insterstitial.
Hemokonsentrasi oedem pada lokasi luka bakar.
Interstitial ke vaskuler.
Hemodilusi.
Fungsi renal.
Aliran darah renal berkurang karena desakan darah turun dan CO berkurang.

Oliguri.
Peningkatan aliran darah renal karena desakan darah meningkat.
Diuresis.
Kadar sodium/natrium.
Na+ direabsorbsi oleh ginjal, tapi kehilangan Na+ melalui eksudat dan tertahan dalam cairan oedem.

Defisit sodium.
Kehilangan Na+ melalui diuresis (normal kembali setelah 1 minggu).
Defisit sodium.
Kadar potassium.
K+ dilepas sebagai akibat cidera jarinagn sel-sel darah merah, K+ berkurang ekskresi karena fungsi renal berkurang.

Hiperkalemi
K+ bergerak kembali ke dalam sel, K+ terbuang melalui diuresis (mulai 4-5 hari setelah luka bakar).
Hipokalemi.
Kadar protein.
Kehilangan protein ke dalam jaringan akibat kenaikan permeabilitas.

Hipoproteinemia.
Kehilangan protein waktu berlangsung terus katabolisme.
Hipoproteinemia.
Keseimbangan nitrogen.
Katabolisme jaringan, kehilangan protein dalam jaringan, lebih banyak kehilangan dari masukan.
Keseimbangan nitrogen negatif.
Katabolisme jaringan, kehilangan protein, immobilitas.
Keseimbangan nitrogen negatif.
Keseimbangan asam basa.
Metabolisme anaerob karena perfusi jarinagn berkurang peningkatan asam dari produk akhir, fungsi renal berkurang (menyebabkan retensi produk akhir tertahan), kehilangan bikarbonas serum.
Asidosis metabolik.
Kehilangan sodium bicarbonas melalui diuresis, hipermetabolisme disertai peningkatan produk akhir metabolisme.
Asidosis metabolik.
Respon stres.
Terjadi karena trauma, peningkatan produksi cortison.
Aliran darah renal berkurang.
Terjadi karena sifat cidera berlangsung lama dan terancam psikologi pribadi.

Stres karena luka.
Eritrosit
Terjadi karena panas, pecah menjadi fragil.

Luka bakar termal.
Tidak terjadi pada hari-hari pertama.
Hemokonsentrasi.
Lambung.
Curling ulcer (ulkus pada gaster), perdarahan lambung, nyeri.
Rangsangan central di hipotalamus dan peingkatan jumlah cortison.

Akut dilatasi dan paralise usus.
Peningkatan jumlah cortison.
Jantung.
MDF meningkat 2x lipat, merupakan glikoprotein yang toxic yang dihasilkan oleh kulit yang terbakar.
Disfungsi jantung.
Peningkatan zat MDF (miokard depresant factor) sampai 26 unit, bertanggung jawab terhadap syok spetic.
CO menurun.


E.     Manifestasi Klinis Combustio
Kedalaman
Penyebab
Penampilan
Warna
Perasaan
Ketebalan partial superfisial
(tingkat I)
Jilatan api, sinar ultra violet (terbakar oleh matahari).
Kering tidak ada gelembung.
Oedem minimal atau tidak ada.
Pucat bila ditekan dengan ujung jari, berisi kembali bila tekanan dilepas.
Bertambah merah.
Nyeri
Lebih dalam dari ketebalan partial
(tingkat II)
-       Superfisial
-       Dalam
Kontak dengan bahan air atau bahan padat.
Jilatan api kepada pakaian.
Jilatan langsung kimiawi.
Sinar ultra violet.
Blister besar dan lembab yang ukurannya bertambah besar.
Pucat bial ditekan dengan ujung jari, bila tekanan dilepas berisi kembali.
Berbintik-bintik yang kurang jelas, putih, coklat, pink, daerah merah coklat.
Sangat nyeri
Ketebalan sepenuhnya
(tingkat III)
Kontak dengan bahan cair atau padat.
Nyala api.
Kimia.
Kontak dengan arus listrik.
Kering disertai kulit mengelupas.
Pembuluh darah seperti arang terlihat dibawah kulit yang mengelupas.
Gelembung jarang, dindingnya sangat tipis, tidak membesar.
Tidak pucat bila ditekan.
Putih, kering, hitam, coklat tua.
Hitam.
Merah.
Tidak sakit, sedikit sakit.
Rambut mudah lepas bila dicabut.

F.      Pemeriksaan Diagnostik Combustio
·         Hitung darah lengkap : Pe ↑ Ht karena kehilangan cairan, pe ↓ HT dan SDM terjadi kerana trauma panas di endothelium pembuluh darah.
·         Leukosit : me ↑ karena kerusakan sel dan respon inflamasi terhadap cedera
·         AGD : Pe ↓ PaO2 dan pe ↑ PaCO2 terjadi karena retensi CO, asidosis terjadi karena pe ↓ fungsi ginjal
·         COHbg : Pe ↑ > 15 % karena keracunan monoksida
·         Bronkoskopi : Mengetahui luas cedera inhalasi, edema, perdarahan, ulkus
·         EKG : tanda iskemi miokard, disritmia
·         Elektrolit serum : K ↑ karena cedera jaringan, penurunan fungsi ginjal. K ↓ karena diuresis. Na ↓ pada kehilangan air, me ↑ bila terjadi konservasi ginjal
·         Glukosa serum : Pe ↑ menunjukkan respon stress
·         Albumin serum : me ↓ karena kehilangan protein dan cedera jaringan
·         BUN / Kreatinin : Pe ↑ karena pe ↓ perfusi ginjal
·         Urin : Albumin (+), Hb (+), mioglobin (+) menunjukkan kerusakan jaringan dalam
·         Rontgent thorax : untuk mengetahui adanya cedera inhalasi saluran nafas

G.    Penatalaksanaan Combustio
a.    Resusitasi cairan
Dalam 24 jam pertama untuk pemberian cairan intravena jenis Ringer Laktat digunakan rumus Formula Baxter, yaitu :  ml x KgBB x Luas luka bakar
    24 jam
Kebutuhan faal:
< 1 tahun         : BB x 100 cc
1 – 3 tahun      : BB x 75 cc
3 – 5 tahun      : BB x 50 cc
½ à diberikan  8 jam pertama
½ à diberikan  16 jam berikutnya
¼  àdiberikan pada 32 jam berikutnya
Hari kedua:
Dewasa     : Dextran 500 – 2000 + D5% / albumin.
( 3-x) x 80 x BB gr/hr
100
(Albumin 25% = gram x 4 cc) à 1 cc/mnt.
Anak         : Diberi sesuai kebutuhan faal.

b.    Resusitasi A, B, C.
A: Pernafasan:
-       Udara panas à mukosa rusak à oedem à obstruksi.
-       Efek toksik dari asap: HCN, NO2, HCL, Bensin à iritasi à Bronkhokontriksi à obstruksi à  gagal nafas.
B: Sirkulasi:  gangguan permeabilitas kapiler: cairan dari intra vaskuler pindah ke ekstra    vaskuler à hipovolemi relatif à syok à ATN à gagal ginjal.

c.    Infus, kateter, CVP, oksigen, Laboratorium, kultur luka.
d.   Monitor urine dan CVP.
e.    Topikal dan tutup luka
·      Cuci luka dengan savlon : NaCl 0,9% ( 1 : 30 ) + buang jaringan nekrotik.
·      Tulle.
·      Silver sulfa diazin tebal.
·      Tutup kassa tebal.
·      Evaluasi 5 – 7 hari, kecuali balutan kotor.
f.     Analgetik: Mengurangi nyeri terutama pada luka bakar derajat II, seperti golongan morphin, Meperidine, dan Nalbuphine.
g.    Antibiotik: Mencegah septicemia, yang biasanya digunakan adalah aminoglycoside dan cephalosporin
h.    Perawatan luka: Perawatan luka dilakukan dengan teknik aseptic, menggunakan antimikroba topical seperti silver sulfadiazine, mafedine acetate, nitrofurazone
i.      Pembedahan: Dilakukan pada luka bakar yang luas dengan melakukan eksisi untuk merangsang pertumbuhan jaringan baru atau juga dengan melakukan skin grafting, pada luka bakar dengan derjat kedalaman IV dimana jaringan kulit dan penunjang dibawahnya telah mati, maka kemungkinan dilakukan amputasi akan lebih besar.

H.    Komplikasi Combustio
a.    Infeksi.
Infeksi merupakan masalah utama. Bila infeksi berat, maka penderita dapat mengalami sepsis. Berikan antibiotika berspektrum luas, bila perlu dalam bentuk kombinasi.Kortikosteroid jangan diberikan karena bersifat imunosupresif (menekan daya tahan), kecuali pada keadaan tertentu, misalnya pda edema larings berat demi kepentingan penyelamatan jiwa penderita.
b.    Curling’s ulcer (ulkus Curling).
Ini merupakan komplikasi serius, biasanya muncul pada hari ke 5–10.Terjadi ulkus pada duodenum atau lambung, kadang-kadang dijumpai hematemesis.Antasida harus diberikan secara rutin pada penderita luka bakar sedang hingga berat. Pada endoskopi 75% penderita luka bakar menunjukkan ulkus di duodenum.
c.    Gangguan Jalan nafas.
Paling dini muncul dibandingkan komplikasi lainnya, muncul pada hari pertama. Terjadi karena inhalasi, aspirasi, edema paru dan infeksi. Penanganan dengan jalan membersihkan jalan nafas, memberikan oksigen, trakeostomi, pemberian  kortikosteroid dosis tinggi dan antibiotika.
d.   Konvulsi.
Komplikasi yang sering terjadi pada anak-anak adalah konvulsi. Hal ini disebabkan oleh ketidakseimbangan elektrolit, hipoksia, infeksi, obat-obatan (penisilin, aminofilin, difenhidramin) dan 33% oleh sebab yang tak diketahui.
e.    Kontraktur
f.     Ganguan Kosmetik akibat jaringan parut

I.       PATOFISIOLOGI

            Efek fisiologi yang merugikan pada luka bakar dapat ringan, pembentukan jaringan parut lokal atau luka bakar yang berat yang berupa kematian. Pada luka bakar yang lebih besar terjadi kecacatan. Setelah permulaan luka bakar dan akibat trauma kulit dapat berkembang dan merusak berbagai organ. Perkembangan ini kompleks dan pada beberapa kasus kejadiannya tak dapat dijelaskan. Yang penting besarnya perubahan fisiologi yang disertai dengan luka bakar berkisar pada dua kejadian yang mendasari yaitu :
      Kerusakan langsung pada kulit dan gangguan fungsinya.
      Stimulasi kompensasi reaksi pertahanan masif yang meliputi pengaktifan respon keradangan dan respon stress sistem syaraf simpatis.
      Kerusakan kulit dan kehilangan fungsi.
      Tubuh mempunyai beberapa metode untuk mengkompensasi terhadap luasnya variasi dalam temperatur eksternal. Sirkulasi darah bertindak menghasilkan dan menghantarkan panas, penghantaran pasas yang efisien di bawah normal. Bila panas diberikan pada kulit maka temperatur subdermal segera meningkat dengan cepat. Segera sumber panas dipindah (diangkat), tubuh akan kembali normal dalam beberapa detik. Jika sumber panas tidak segera dihilangkan atau diberikan rata-rata atau pada tingkat yang melebihi kapasitas kulit untuk menghantarkannya, maka terjadilah kerusakan kulit. Paparan panas yang relatif rendah yang lama atau paparan pendek temperaturnya yang lebih tinggi dapat menyebabkan kerusakan kulit yang progresif pada tingkat yang lebih dalam. Kebanyakan luka bakar pada ukuran yang berarti menyebabkan kerusakan sel melalui semua lapisan, meskipun tidak sama pada semua area.
      Ketebalan kulit yang terlibat tergantung pada kerusakan jaringan yang disebabkan oleh panas. Panas yang kurang dalam waktu yang diperlukan untuk kerusakan pada daerah tubuh dengan kulit tipis sebanding dengan daerah dimana kulit lebih tebal. Kulit yang paling tebal adalah pada daerah belakang dan paha, dan yang paling tipis sekitar tangan bagian medial, batang hidung dan wajah. Kulit  umumnya lebih tipis pada anak-anak dan orang tua dari pada dewasa pertengahan. Orang tua mempunyai penurunan lapisan subkutan, kehilangan serat elastik dan pengurangan semua kemampuan untuk merespon terhadap trauma.
      Aktifitas Respon Kompensasi Terhadap Keradangan.
Beberapa luka jaringan yang diterima tubuh sebagai ancaman homeostasis yang normal adalah respon pertahanan yang dirangsang sebagai sebagai kondisi dan kerusakan, urutan respun aktual ini selalu sama. Besarnya respon tergantung pada intensitas dan lamanya permulaam kerusakan. Satu hal yang penting untuk diingat dahwa respon keradangan (inflamatory respon) merupakan mekanisme kompensasi yang segera membantu tubuh bila invasi atau luka terjadi. Aksi-aksi ini merencanakan pertahanan lokal dan dalam waktu yang relatif pendek. Bila aksi-aksi ini menyebar cepat dan menetap, maka akan menyebabkan komplikasi fisiologis yang merugikan yang juga mempengaruhi pertahanan homeostasis.

Perubahan rangsangan fisiologis meliputi peningkatan rata-rata dan kedalaman pernafasan, peningkatan rata-rata denyut jantung, vasokunstriksi selektif, peningkatan aliran darah otak, hati, muskuloskeletal dan miokardium, peningkatan metabolisme dan pembentukan substansi energi tinggi dan penurunan persediaan glikogen dan lemak. Perubahan fisiologis yang terhambat meliputi penurunan aliran darah ke kulit, ginjal dan saluran pencernaan (traktus intestinal) serta penurunan pergerakan sistem pencernaan (Gastrointestinal) dan sekresi. Respon ini berguna bagi tubuh untuk waktu yang pendek dan membantu mempertahankan fungsi organ vital dalam kondisi yang merugikan atau memperburuk keadaan. Bagaimanapun bila respon simpatis berlanjut untuk waktu yang lama tanpa pengaruh dari luar, respon tubuh menjadi lebih tertekan dan menyebabkan kondisi patologis menuju kehabisan sumber yang bersifat adaptasi.


2.3 Asuhan Keperawatan

Trigger case
                        Pasien dibawa ke RS akibat luka bakar 11% meliputi kulit wajah, kedua lengan dan kaki kiri melepuh karena terkena api sejak 8 jam sebelum masuk RS. Keadaan umum pasien kesadaran composmentis, nafas spontan, frekuensi pernafasan 20x/menit, reguler, kedalaman cukup, akral hangat, CRT<2detik, TD: 100/80 mmHg, N: 112x/menit, suhu: febris, GCS 15, E4 M6 V5. kepala dan wajah : deformitas (-), tampak bula pada sisi kiri wajah, bibir edema (+), mata kelopak atas mata kiri edema (+) dan tidak dapat dibuka, konjungtiva tidak pucat, Sklera tidak ikterik, jantung: BJ I dan II normal, murmur (-), gallop (-), paru : vasikuler, ronkhi -/-, wheezhing -/-, abdomen: datar, lemas,NT (-), tidak teraba massa, BU (+) normal.


2.3.1        Pengkajian
1.    Anamnesa
a.       Identitas:
Nama                           : Tn. A
Jenis kelamin               : Laki-laki
Umur                           : 35 Tahun
Status perkawinan       : Menikah
Pendidikan                  : SMA
Suku/Bangsa               : Indonesia
Alamat                        : Beji, Jenu, Tuban
Pekerjaan                     : Wiraswasta
Tanggal MRS              : 20 Maret 2013
            Sumber informasi        : klien dan  keluarga
b.      Keluhan utama:  Luka bakar
c.       Riwayat penyakit sekarang:
            Seorang pasien dibawa ke RS dengan luka bakar 11% meliputi kulit wajah, kedua lengan dan kaki kiri melepuh karena terkena api sejak 8 jam sebelum masuk RS. Sebelumnya pasien sedang membakar sampah di belakang rumahnya, api semakin membesar saat ada letusan seperti ada lampu neon bekas yang ikut terbakar. Pasien yang terlalu dekat dengan api mengakibatkan tubuhnya terkena nyala api tersebut. Anggota tubuh yang terkena adalah kulit wajah, kedua lengan dan kaki kirinya. Oleh keluarga, pasien dibawa ke puskesmas terdekat dan diberi salep namun luka tak kunjung membaik sehingga akhirnya dibawa ke RS.
d.      Riwayat penyakit dahulu: -
2.    Riwayat Kesehatan Keluarga: -
3.      Pemeriksaan fisik (ROS)
B1(breathing):
nafas spontan, frekuensi pernafasan 20x/menit, reguler, kedalaman cukup, suara paru  vasikuler, ronkhi
-/-, wheezhing -/-
     MK: -
B2 (blood):
akral hangat, CRT<2detik, TD: 100/80mmHg, N: 112x/menit, suhu 38,5oC ,konjungtiva tidak pucat, Sklera tidak ikterik, jantung: BJ I dan II normal, murmur (-), gallop (-)
MK: Gg. Perfusi jaringan

B3 (Brain):            
GCS (E-4 V-5 M-6), kesadaran composmentis, , ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri, marah
MK: Cemas

B4 (bladder):
Output urine menurun (700cc/hari), tampak bula pada sisi kiri wajah, bibir edema (+), mata kelopak atas mata kiri edema (+) dan tidak dapat dibuka
MK: Kekurangan volume cairan

 B5 (bowel):
    Abdomen: datar, lemas,NT (-), tidak teraba massa, BU (+) normal
MK: -

B6 (bone):
Kepala dan wajah : deformitas (-), tampak bula pada sisi kiri wajah, bibir edema (+), mata kelopak atas mata kiri edema (+) dan tidak dapat dibuka,  Penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan rentang gerak pada area yang sakit; gangguan massa otot, perubahan tonus, kulit wajah, kedua lengan dan kaki kiri melepuh
MK: intoleransi aktivitas, kerusakan integritas kulit




Pemeriksaan Penunjang
      LED: mengkaji hemokonsentrasi.
      Elektrolit serum mendeteksi ketidakseimbangan cairan dan biokimia. Ini terutama penting untuk memeriksa kalium terdapat peningkatan dalam 24 jam pertama karena peningkatan kalium dapat menyebabkan henti jantung.
      Gas-gas darah arteri (GDA) dan sinar X dada mengkaji fungsi pulmonal, khususnya pada  cedera inhalasi asap.
      BUN dan kreatinin mengkaji fungsi ginjal.
      Urinalisis menunjukkan mioglobin dan hemokromogen menandakan kerusakan otot pada luka bakar ketebalan penuh luas.
      Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap.
      Koagulasi memeriksa faktor-faktor pembekuan yang dapat menurun pada luka bakar masif. Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi asap.


Analisa Data
Analisa Data
Etiologi
Masalah Keperawatan
q  DS:
keluarga klien mengatakan bibir dan kelopak mata kiri  klien bengkak dan tidak dapat dibuka

q  DO:  
- tampak bula pada sisi kiri wajah, bibir edema (+), mata kelopak atas mata kiri edema (+) dan tidak dapat dibuka  - kulit wajah, kedua lengan dan kaki kiri melepuh
 - output urine menurun 700cc/hari
 - TTV:
   TD: 100/80 mmHg
    N: 112x/menit
   RR: 20x/menit
    S: 38,5oC
             Termal
Kerusakan kulit
Penguapan meningkat
Peningkatan kerja pembuluh darah kapiler
Ekstravasasi cairan
Tekanan onkotik menurun
Tekanan cairan ekstravaskuler menurun
Hemokonsentrasi
Odema
MK: kekurangan volume cairan



Kekurangan volume cairan

q  DS :
keluarga  klien mengatakan kulit  wajah, kedua lengan dan kaki kiri klien melepuh
q  DO:
-Kulit wajah, kedua lengan dan kaki kiri melepuh
- suhu tubuh febris : 38,5oC
Termal

Kerusakan kulit

Terbukanya jaringan kulit

MK: Resti infeksi

Resti infeksi



2.3.2        Diagnosa
  1. Kekurangan volume cairan b/d terjadinya hemokonsentrasi
  2. Resti infeksi b/d terbukanya jaringan kulit
KONSEP SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan            : Combustio atau luka bakar  
Waktu                         :  Pukul  07.3008.00
Hari/tanggal                : Rabu / 20 Maret  2013
Tempat                        :  RS NU Tuban
Sasaran                        :  Pengunjung/keluarga pasien
Penyuluh                     : Mahasiswa STIKES NU Tuban Semester VI
---------------------------------------------------------------------------------------------------
A. Tujuan Instruksional
1.   Tujuan Instruksional Umum
Setelah mendapat penyuluhan tentang combustio atau luka bakar selama 30 menit, diharapkan peserta mengerti tentang perawatan pada pasien  combustio atau luka bakar
2.   Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mendapatkan penyuluhan, diharapkan mahasiswa mampu :
a.       Menjelaskan tentang pengertian  Combustio atau luka bakar
b.      Menjelaskan tentang penyebab Combustio atau luka bakar
c.       Menjelaskan tentang tanda dan gejala Combustio atau luka bakar
d.      Menyebutkan penanganan pada Combustio atau luka bakar

B. Metode belajar
  1. Ceramah
  2. Tanya jawab
  3. Brain storming
C. Alat dan Media
  1. Laptop dan LCD
  2. Flipchart
  3. Leaflet

-        Kegiatan Penyuluhan
No
Waktu
Kegiatan Penyuluh
Respon Peserta
1
5 menit
Pembukaan
1.      Menyampaikan salam pembuka
2.      Memperkenalkan diri
3.      Menyampaikan tujuan penyuluhan
Membalas salam
Memperhatikan
2
a)      enit
a) Penyampaian Materi, tentang: Definisi, etiologi, penananganan combustio
b) Pemberian kesempatan pada peserta penyuluhan untuk bertanya
c) Menjawab pertanyaan peserta penyuluhan yang berkaitan dengan materi
1)      Memperhatikan penjelasan dan demonstrasi dengan cermat
2)      Menanyakan hal yang belum jelas
3)      Memperhatikan jawaban penyuluhan



3
15 menit
Penutup
1.      Tanya jawab (evaluasi)
2.      Menyimpulkan hasil penyuluhan
3.      Mengakhiri kegiatan
4.      Mengucapkan salam
5.      Membagikan leaflet
1.Berpartisipasi aktif dalam kegiatan diskusi dan tanya jawab
2.Menjelaskan kembali materi dan menjawab pertanyaan.
3.Mendengarkan dan membalas salam

-        Pengorganisasian dan Job Discription
1. Pembimbing       :  Kusno Feriyanto, S. Kep. Ns, MM
                                
2. Moderator          : Alvino Erick
    Job Discription  : Membuka  dan menutup kegiatan
                                 Membuat susunan acara dengan jelas
                                 Memimpin jalannya kegiatan

3. Penyaji               : Imam Khambali
    Job Discription  :  Menyampaikan materi penyuluhan dengan jelas
4. Observer            : Umi Nur Azizah
   Job Discription   : Membuat resume kegiatan Penyuluhan
5. Fasilitator           : 1) Siti Hidayatul Uma
                          2)  Munaji
Job Discription     : Membantu menyiapkan perlengkapan penyuluhan
                                      Memotivasi audience untuk bertanya
                                      Menanggapi pertanyaan audience

-        Kritera Evaluasi
1.      Evaluasi struktur
1)      Pengunjung/keluarga pasien
2)      Penyelenggaraan penyuluhan di RS NU Tuban
3)      Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan oleh mahasiswa STIKES NU semester VI.
4)      Kontrak waktu dilakukan 1 hari sebelum Penyuluhan dan 15 menit sebelum pelaksanaan Penyuluhan.
2.      Evaluasi proses
1)      Peserta  antusias terhadap materi penyuluhan.
2)      Peserta  mengikuti penyuluhan sampai selesai.
3)      Peserta  mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar.
4)      Peserta  berpartisipasi aktif dalam kegiatan sharing.
3.      Evaluasi hasil :
1)      Peserta mampu menjelaskan tentang pengertian combustio atau luka bakar
2)      Peserta mampu menjelaskan tentang penyebab combustio atau luka bakar
3)      Peserta mampu menyebutkan penanganan pada combustio atau luka bakar





MATERI PENYULUHAN

Pengertian

Combustio atau luka bakar adalah adalah kerusakan atau kehilangan lapisan pada kulit yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi.

penyebab

a)      Luka Bakar Suhu Tinggi (gas, cairan, bahan padat )
b)      Luka Bakar Bahan Kimia
c)      Luka Bakar Sengatan Listrik
d)     Luka Bakar Radiasi

III. PENANGANAN
1.      Hal pertama yg harus dilakukan adalah menjauhkan korban dr sumber trauma, padamkan api dan siram kulit yg panas dg air. Pada trauma kimia siram kulit dg air mengalir.
2.      Merendam bagian yg terbakar selama 15 menit pertama sangat bermanfaat. Dan tidak dianjurkan pada luka bakar > 10%
3.      Bebaskan jalan napas jika terjadi cedera inhalasi (hirupan asap kebaran)
4.      Cuci luka setelah sirkulasi/ aliran darah dan napas stabil
5.      Berikan salep burnazin atau bioplasenton untuk luka bakar
6.      Balut luka bakar dengan kasa gulung yg steril
7.      Pengolesan salep bisa beberapa kali dalam sehari
8.      Jangan merobek gelembung cairan luka bakr
9.      Jika luka bakar mengenai seluruh tubuh, rujuk ke pelayanan kesehatan terdekat untuk penanganan serius.




DAFTAR HADIR PESERTA
PENDIDIKAN KESEHATAN DI RS NU TUBAN
TANGGAL 20 MARET  2013

NO
NAMA
ALAMAT
TANDA TANGAN




















LEMBAR OBSERVASI
KRITERIA STRUKTUR
KRITERIA PROSES
KRITERIA HASIL
1.      Peserta hadir ditempat penyuluhan 15 menit sebelum acara dimulai (    )
2.      Penyelenggaraan Penyuluhan dilakukan di RS NU Tuban(      )
3.       Pengorganisasian dilaksanakan sebelum penyuluhan (      )
1. Masing-masing anggota Tim bekerja  sesuai dengan tugas :
a. Moderator
   - Membuka kegiatan (   )
           - Tidak berbelit-belit (    )
- Susunan acara jelas (    )
b. Penyaji
- Komunikatif (    )
- Menyampaikan isi dengan jelas (   )
- Sesuai/tepat waktu (    )
c. Demonstran
- Persiapan alat dan bahan (   )
          - Persiapan penderita (    )
-Pemberian obat sesuai prosedur(    )
d. Fasilitator
-membantu menyiapkan perlengkapan penyuluhan (    )
          - Memotivasi audience untuk bertanya(    )
-Membantu penyaji dalam menganggapi pertanyaan audience   (    )
2.Peserta antusias terhadap materi penyuluhan yang diberikan, serta peserta yang terlibat aktif dalam penyuluhan 50 % dari yang hadir.(    )
3. Peserta Tidak ada yang meninggalkan tempat sebelum penyuluhan selesai (    )
1.Peserta dapat menjawab pertanyaan yang diajukan tentang :
a.Pengertian Combustio
(    )
b.Penyebab Combustio (    )
c.Penanganan Combustio (   )

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Combustio atau Luka bakar adalah kehilangan atau kerusakan jaringan (sekitar kulit) yang disebabkan karena radiasi, sengatan api, listrik dan paparan panas.Fasenya ada 3, yaitu fase awal/syok, fase sub akut dan fase lanjut.Penanganan pada combustio Prioritas pertama dalam ruang darurat adalah ABC (airway, breathing, circulation). Setelah menangani kesulitan pernafasan, kebutuhan yang paling mendesak adalah mencegah terjadinya syok irreversible dengan menggantikan cairan dan elektrolit yang hilang dan selanjutnya melakukan perawatan pada luka.




















DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Mariylnn E., Mary Frances, Alice C. Rencana asuhan keperawatan untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Alih bahasa: I Made Kariasa, Ni Made Sumarwati.Ed 3, Jakarta: EGC, 1999

Sjamsuhidajat, R., Wim de Jong, Buku-ajar Ilmu Bedah. Ed: revisi. Jakarta: EGC, 1998

Hudak, Carolyn M, Barbara, M.,Gallo. Critical Care Nursing. Alih bahasa: Monica E.D Adiyanti, Made Kariasa, Made Sumarwati, Efi Afifah, cetakan 1, Jakarta: EGC, 1996.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar