Jumat, 20 September 2013

konsep model keperawatan jiwa


BAB I
PENDAHULUAN

1.1      Latar Belakang
Profesi keperawatan sebagai profesi yang unik dan kompleks. Dalam melaksanakan prakteknya, perawat harus mengacu pada model konsep dan teori keperawatan yang sudah ada. Konsep merupakan suatu ide dimana terdapat suatu kesan yang abstrak yang dapat diorganisir dengan simbol-simbol yang nyata. Sedangkan konsep keperawatan merupakan ide untuk menyusun suatu kerangka konseptual atau model keperawatan. Model konseptual keperawatan merupakan suatu cara untuk memandang situasi dan kondisi pekerjaan yang melibatkan perawat didalamnya.
Model konseptual keperawatan jiwa sebagai usaha-usaha untuk menguraikan fenomena mengenai keperawatan jiwa. Teori keperawatan jiwa digunakan sebagai dasar dalam menyusun suatu model konsep dalam keperawatan dan model konsep keperawatan digunakan dalam menentukan model praktek keperawatan.
Model konseptual keperawatan jiwa terdiri dari beberapa pendekatan salah satunya model prilaku. Model prilaku sebagai suatu proses perubahan tingkah laku sebagai akibat adanaya interaksi antara stimulus dengan respons yang menyebabkan seseorang mempunyai pengalaman baru.
1.2              Rumusan Masalah
Dalam makalah ini membahas tentang :
a.       Bagaimana konsep model Psikoanalisa?
b.      Bagaimana konsep Model Interpersonal?
c.       Bagaimana konsep model Sosial?
d.      Bagaimana konsep Model Eksistensi?
e.       Bagaimana konsep model Supportive Therapy?
f.       Bagaimana konsep model Medical?




1.3  Tujuan Penulisan

1.3.1    Tujuan Umum
Setelah membaca makalah ini, mahasiswa di harapkan mampu memahami model konseptual keperawatan jiwa.

1.3.2     Tujuan Khusus
Setelah membaca makalah ini mahasiswa diharapkan mampu memahami tentang :
1.      Model Psikoanalisa
2.      Model Interpersonal
  1. Sosial Model
  2. Eksistensi Model
5.      Supportive Therapy
  1. Medical

1.4  Manfaat
Untuk mengetahui konsep model keperawatan jiwa yang terdiri dari Model Psikoanalisa, Model Interpersonal, Sosial Model, Eksistensi Model, Supportive Therapy serta Medical.













BAB II
PEMBAHASAN


Model adalah contoh, menyerupai, merupakan pernyataan simbolik tentang fenomena, menggambarkan teori dari skema konseptual melalui penggunaan symbol dan diafragma ( christensen.2009, hal 123 ). Konsep adalah suatu keyakinan yang kompleks terhadap suatu obyek, benda, suatu peristiwa atau fenomena berdasarkan pengalaman dan persepsi seseorang berupa ide, pandangan atau keyakinan. Model konsep adalah rangkaian konstruksi yang sangat abstrak dan berkaitan yang menjelaskan secara luas fenomena-fenomena, mengekspresikan asumsi dan mencerminkan masalah. ( christensen.2009, hal 29 )
Teori adalah hubungan beberapa konsep atau suatu kerangka konsep atau definisi yang memberikan suatu pandangan sistematis terhadap gejala-gejala atau fenomena –fenomena dengan menentukan hubungan spesifik antara konsep tersebut dengan maksud untuk menguraikan, menerangkan, meramalkan dan atau mengendalikan suatu fenomena. Teori dapat diuji, diubah atau digunakan sebagai suatu pedoman dalam penelitian. (Christensen.2009, hal 26)
Model konseptual keperawatan merupakan suatu cara untuk memandang situasi dan kondisi pekerjaan yang melibatkan perawat di dalamnya. Model konseptual keperawatan memperlihatkan petunjuk bagi organisasi dimana perawat mendapatkan informasi agar mereka peka terhadap apa yang terjadi pada suatu saat dengan apa yang terjadi pada suatu saat juga dan tahu apa yang harus perawat kerjakan. Konsep keperawatan terus dikembangkan dan diterapkan serta diuji melalui pendidikan dan praktik keperawatan ( christensen.2009, hal 29 ). Tujuan dari model konseptual keperawatan ( christensen.2009, hal 33 )  :
1.    Menjaga konsisten asuhan keperawatan.
2.    Mengurangi konflik, tumpang tindih, dan kekosongan pelaksanaan asuhan keperawatan oleh tim keperawatan.
3.    Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan.
4.    Memberikan pedoman dalam menentukan kebijaksanaan dan keputusan.
5.    Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan bagi setiap anggota tim keperawatan.
Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya meningkatkan dan mempertahankan perilaku paien yang berperan pada fungsi yang terintegrasi. Sistem pasien atau klien dapat berupa individu, keluarga, kelompok, organisasi, atau komunitas. American nurses’ association mendefinisikan keperawatan kesehatan jiwa sebagai suatu bidang spesialisasi praktik keperawatan yang menerapkan teori perilaku manusia sebaai ilmunya dan penggunaan diri yang bermanfaat sebagai kiatnya ( Stuart. 2007, hal. 2 ).


2.2  Beberapa model konsep keperawatan jiwa:
1.      Model Psikoanalisa
Model ini menjelaskan bahwa gangguan jiwa dapt terjadi pada seseorang apabila ego(akal) tidak berfungsi dalam mengontrol id (kehendak nafsu atau insting). Ketidakmampuan seseorang dalam menggunakan akalnya (ego) untuk mematuhi tata tertib, peraturan, norma, agama(super ego/das uber ich), akan mendorong terjadinya penyimpangan perilaku (deviation of Behavioral).
Faktor penyebab lain gangguan jiwa dalam teori ini adalah adanya konflik intrapsikis terutama pada masa anak-anak. Misalnya ketidakpuasan pada masa oral dimana anak tidak mendapatkan air susu secara sempurna, tidak adanya stimulus untuk belajar berkata- kata, dilarang dengan kekerasan untuk memasukkan benda pada mulutnya pada fase oral dan sebagainya. Hal ini akan menyebabkan traumatic yang membekas pada masa dewasa.
Proses terapi pada model ini adalah menggunakan metode asosiasi bebas dan analisa mimpi, transferen untuk memperbaiki traumatic masa lalu. Misalnya klien dibuat dalam keadaan ngantuk yang sangat. Dalam keadaan tidak berdaya pengalaman alam bawah sadarnya digali dengamn pertanyaan-pertanyaan untuk menggali traumatic masa lalu. Hal ini lebih dikenal dengan metode hypnotic yang memerlukan keahlian dan latihan yang khusus.
Dengan cara demikian, klien akan mengungkapkan semua pikiran dan mimpinya, sedangkan therapist berupaya untuk menginterpretasi pikiran dan mimpi pasien.
Peran perawat adalah berupaya melakukan assessment atau pengkajian mengenai keadaan-keadaan traumatic atau stressor yang dianggap bermakna pada masa lalu misalnya ( pernah disiksa orang tua, pernah disodomi, diperlakukan secar kasar, diterlantarkan, diasuh dengan kekerasan, diperkosa pada masa anak), dengan menggunakan pendekatan komunikasi terapeutik setelah terjalin trust (saling percaya)


2.      Model Interpersonal
Model ini dikembangkan oleh Harry Stack Sullivan. Sebagai tambahan Hildegard Peplau mengembangkan teori interpersonal perawatan. Pandangan interpersonal terhadap penyimpangan perilaku, teori interpersonal meyakini bahwa perilaku berkembang dari hubungan interpersonal. Sullivan menekankan besarnya pengaruh perkembangan masa anak-anak terhadap kesehatan jiwa individu.
Kecemasan pertama yang sungguh-sungguh dialami sewaktu bayi pada saat merasakan kecemasan ibu. Selanjutnya kecemasan dihubungkan dengan penolakan/tidak direstui oleh orang-orang yang dekat/penting bagi individu. Jika anak hanya menerima stimulus penolakan atau kecemasan atau kritik, maka anak akan mengembangkan sistem diri yang negatif.
Menurut Sullivan: individu memandang orang lain sesuai dengan yang ada pada dirinya.
Ada 2 dorongan yang dimiliki pada individu:
  1. Dorongan untuk kepuasan
Berhubungan dengan kebutuhan dasar seperti: lapar, tidur, kesepian, nafsu.
  1. Dorongan untuk keamanan
Berhubungan dengan kebutuhan budaya seperti penyesuaian norma sosial, nilai suatu kelompok tertentu
Proses terapinya yaitu mengoreksi pengalaman interpersonal dengan mengalami hubungan yang sehat dengan terapis, klien akan belajar berhubungan interpersonal yang memuaskan dengan re-edukasi dan mengembangkan hubungan saling percaya.
3.      Sosial Model
Model ini berfokus pada lingkungan sosial yang mempengaruhi individu dan pengalaman hidupnya. Pandangan sosial terhadap penyimpangan perilaku, kondisi sosial bertanggung jawab terhadap penyimpangan perilaku, perilaku yang dianggap normal pada suatu daerah tertentu mungkin sebagai penyimpangan pada daerah yang lain.
Individu yang sudah dilabel/dicap jika tidak dapat menyesuaikan diri dengan norma lingkungan, maka perilaku tersebut memerlukan perawatan/dirawat.
Menurut Szazz, individu bertanggung jawab terhadap perilakunya. Individu tersebut harus mampu mengontrol untuk menyesuaikan perilakunya dengan yang diharapkan masyarakatnya. Kaplan, meyakini bahwa situasi sosial dapat mencetuskan gangguan jiwa. Oleh karena itu, konsep pencegahan primer, sekunder dan tertier sangat penting. Situasi yang dapat menjadi pencetus:
  1. Kemiskinan, situasi keuangan tidak stabil, pendidikan tidak adekuat.
  2. Kurang mampu mengatasi stress.
  3. Kurang support system.
Situasi tersebut di atas dapat diantisipasi dan dapat dicegah.
Proses terapi:
  1. Prevensi primer
  2. Kesehatan jiwa masyarakat
  3. Crisis intervensi
4.      Eksistensi Model
Teori ini berfokus pada pengalaman individu pada saat ini dan disini. Pandangan model eksistensi terhadap penyimpangan perilaku, penyimpangan perilaku terjadi jika individu putus hubungan dengan dirinya dan lingkungan. Keasingan akan dirinya dan lingkungan dapat terjadi karena hambatan ataularangan pada diri individu. Individu merasa putus asa, sedih, sepi, kurang kesadaran akan dirinya dan penerimaan diri yang mencegah partisipasi dan penghargaan pada hubungan dengan orang lain.
Klien sudah kehilangan atau tidak mungkin menemukan nilai-nilai yang memberi arti pada eksistensinya.
Proses terapi:
  1. Rasional Emotif Therapy
Konfrontasi digunakan untuk bertanggung jawab terhadap perilakunya. Klien didorong untuk menerima dirinya, bagaimana adanya bukan karena apa yang akan dilakukan.
  1. Terapi Logo
Merupakan terapi orientasi masa depan (future orientated therapy). Individu meneliti arti dari kehidupan, karena tanpa arti berarti tidak eksis. Tujuan: agar individu sadar akan tanggung jawabnya.
5.      Supportive Therapy ( Wermon, Rockland)
Penyebab gangguan jiwa dalam konsep ini adalah: factor biopsikososial dan respo maladaptive saat ini. Aspek biologisnya menjadi masalah seperti: sering sakit maag, migraine, batuk-batuk. Aspek psikologisnya mengalami banyak keluhan seperti : mudah cemas, kurang percaya diri, perasaan bersalah, ragu-ragu, pemarah. Aspek sosialnya memiliki masalah seperti : susah bergaul, menarik diri,tidak disukai, bermusuhan, tidak mampu mendapatkan pekerjaan, dan sebagainya. Semua hal tersebut terakumulasi menjadi penyebab gangguan jiwa. Fenomena tersebut muncul akibat ketidakmamupan dalam beradaptasi pada masalah-masalah yang muncul saat ini dan tidak ada kaitannya dengan masa lalu.
Prinsip proses terapinya adalah menguatkan respon copinh adaptif, individu diupayakan mengenal telebih dahulu kekuatan-kekuatan apa yang ada pada dirinya; kekuatan mana yang dapat dipakai alternative pemecahan masalahnya.
Perawat harus membantu individu dalam melakukan identifikasi coping yang dimiliki dan yang biasa digunakan klien. Terapist berupaya menjalin hubungan yang hangat dan empatik dengan klien untuk menyiapkan coping klien yang adaptif.

6.      Medical ( Meyer, Kraeplin)
Menurut konsep ini gangguan jiwa cenderung muncul akibat multifactor yang kompleks meliputi: aspek fisik, genetic, lingkungan dan factor sosial. Sehingga focus penatalaksanaannya harus lengkap melalui pemeriksaan diagnostic, terapi somatic, farmakologik dan teknik interpersonal. Perawat berperan dalam berkolaborasi dengan tim medis dalam melakukan prosedur diagnostic dan terapi jangka panjang, therapist berperan dalam pemberian terapi, laporan mengenai dampak terapi, menentukan diagnose, dan menentukan jenis pendekatan terapi yang digunakan. (therapy, repport effects, diagnose illness, therapeutic approuch).

BAB III
KESIMPULAN

Model Psikoanalisa  menjelaskan bahwa gangguan jiwa dapt terjadi pada seseorang apabila ego(akal) tidak berfungsi dalam mengontrol id (kehendak nafsu atau insting). Model Interpersonal memandangan interpersonal terhadap penyimpangan perilaku, teori interpersonal meyakini bahwa perilaku berkembang dari hubungan interpersonal. Sosial Model Model ini berfokus pada lingkungan sosial yang mempengaruhi individu dan pengalaman hidupnya. Eksistensi Model Teori ini berfokus pada pengalaman individu pada saat ini dan disini. Pandangan model eksistensi terhadap penyimpangan perilaku, penyimpangan perilaku terjadi jika individu putus hubungan dengan dirinya dan lingkungan. Supportive Therapy ( Wermon, Rockland) Penyebab gangguan jiwa dalam konsep ini adalah: factor biopsikososial dan respo maladaptive saat ini. Medical ( Meyer, Kraeplin) Menurut konsep ini gangguan jiwa cenderung muncul akibat multifactor yang kompleks meliputi: aspek fisik, genetic, lingkungan dan factor sosial.









DAFTAR PUSTAKA
http://imron46.blogspot.com/2009/02/koseptual-model-keperawatan-kesehatan.html
Hidayat. (2004). Pengantar Konsep dasar Keperawatan. Salemba Medika.
Jakarta
Potter & Perry. (2005). Buku ajar Fundamental keperawatan. Volume 1. EGC.
Jakarta.









Selasa, 17 September 2013

intervensi combustio

No
Hari / Tanggal
Dx, Tujuan, KH
Intervensi
Rasional
Jam
Implemantasi
TTD
1.
Rabu, 20 maret 2013
ü  DX 1 :  kekurangan volume cairan berhubungan dengan terjadinya hemokonsentrasi

ü  TUJUAN : Setelah dilakukan asuhan keperawatan  selama 2x24  kekurangan volume cairan teratasi

ü  KH :
-          Tidak adanya edema atau edema berkurang
-          TTV dbn
TD: 120/80 mmHg
N: 80x/menit
RR: 20x/menit
S: 37 °C
-Output urine normal(1000cc/hari)

1.      Awasi tanda vital,Perhatikan kapiler dan kekuatan nadi perifer.
2.      Awasi pengeluaran urine dan berat jenisnya. Observasi warna urine
3.       Perkirakan drainase luka dan kehilangan yang tampak
4.       Ukur lingkar ekstremitas yang terbakar tiap hari sesuai indikasi

Kolaborasi:
 
5.       pasang atau pertahankan kateter urine
6.        Berikan penggantian cairan IV yang dihitung, elektrolit, plasma, albumin
7.       Awasi hasil pemeriksaan laboratorium ( Hb, elektrolit, natrium ).
8.       Berikan obat sesuai indikasi : Diuretika contohnya Manitol (Osmitrol), Kalium, Antasida

1.      Memberikan pedoman untuk penggantian cairan dan mengkaji respon kardiovaskuler
2.      Penggantian cairan dititrasi untuk meyakinkan rata- rata pengeluaran urine 30-50 cc/jam pada orang dewasa. Urine berwarna merah pada kerusakan otot masif karena adanyadarah dan keluarnya mioglobin.
3.      Peningkatan permeabilitas kapiler, perpindahan protein, proses inflamasi dan kehilangan cairan melalui evaporasi mempengaruhi volume sirkulasi dan pengeluaran urine.
4.      Memperkirakan luasnya oedema/perpindahan cairan yang mempengaruhi volume sirkulasi dan pengeluaran urine.
5.      Memungkinkan infus cairan cepat.
6.      Mengidentifikasi kehilangan darah/kerusakan SDM dan kebutuhan penggantian  cairan dan elektrolit.
7.      Meningkatkan pengeluaran urine dan membersihkan tubulus dari debris /mencegah nekrosis.
8.       Penggantian lanjut karena kehilangan urine dalam jumlah besar, Menurunkan keasaman gastrik sedangkan inhibitor histamin menurunkan produksi asam hidroklorida untuk menurunkan produksi asam hidroklorida untuk menurunkan iritasi gaster.


08.00
WIB
1.      Mengawasi tanda vital, memPerhatikan kapiler dan kekuatan nadi perifer.
2.      Mengawasi pengeluaran urine dan berat jenisnya. mengobservasi warna urine
3.       Memperkirakan drainase luka dan kehilangan yang tampak
4.      Mengukur lingkar ekstremitas yang terbakar tiap hari sesuai indikasi





Kolaborasi:
5.        Memasang atau mempertahankan kateter urine
6.       Memberikan penggantian cairan IV yang dihitung, elektrolit, plasma, albumin
7.      Mengawasi hasil pemeriksaan laboratorium ( Hb, elektrolit, natrium ).
8.      Memberikan obat sesuai indikasi : Diuretika contohnya Manitol (Osmitrol), Kalium, Antasida


2.
Rabu, 20 maret 2013
ü   DX 2 :   Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan terbukanya jaringan kulit


ü  TUJUAN : setelah dilakukan asuhan keperawatan dalam waktu 1x24 jam pasien bebas dari infeksi

ü  KH :

- keadaan luka pada kulit wajah, kedua lengan dan kaki kiri membaik
 - suhu tubuh kembali normal : 37oC
  

P  
-         


    
1.      Pantau: Penampilan luka bakar (area luka bakar, sisi donor dan status balutan di atas sisi tandur bial tandur kulit dilakukan) setiap 8 jam. Suhu setiap 4 jam.
2.      Bersihkan area luka bakar setiap hari dan lepaskan jaringan nekrotik (debridemen) sesuai pesanan.
3.      Lepaskan krim lama dari luka sebelum pemberian krim baru. Gunakan sarung tangan steril dan berikan krim antibiotika topikal yang diresepkan pada area luka bakar dengan ujung jari. Berikan krim secara menyeluruh di atas luka
4.       Tempatkan pasien pada ruangan khusus dan lakukan kewaspadaan untuk luka bakar luas yang mengenai area luas tubuh. Gunakan linen tempat tidur steril, handuk dan skort untuk pasien. Gunakan skort steril, sarung tangan dan penutup kepala dengan masker bila memberikan perawatan pada pasien
5.      Beritahu dokter bila demam drainase purulen atau bau busuk dari area luka bakar, sisi donor atau balutan sisi tandur.lakukakan kultur luka dan berikan antibiotika IV sesuai ketentuan






























Kolaborasi:

6.      Lakukan rujukan pada ahli diet, beriakn protein tinggi, diet tinggi kalori. Berikan suplemen nutrisi seperti ensure atau sustacal dengan atau antara makan bila masukan makanan kurang dari 50%. Anjurkan makanan enteral bial pasien tak dapat makan per oral
1.      Mengidentifikasi indikasi-indikasi kemajuan atau penyimapngan dari hasil yang diharapkan


2.      Pembersihan dan pelepasan jaringan nekrotik meningkatkan pembentukan granulasi


3.      Antimikroba topikal membantu mencegah infeksi.










4.       Kulit adalah lapisan pertama tubuh untuk pertahanan terhadap infeksi. Teknik steril dan tindakan perawatan perlindungan lainmelindungi pasien terhadap infeksi. Kurangnya berbagai rangsang ekstrenal dan kebebasan bergerak mencetuskan pasien pada kebosanan














5.      Temuan-temuan ini mennadakan infeksi. Kultur membantu mengidentifikasi patogen penyebab sehingga terapi antibiotika yang tepat dapat diresepkan. Karena balutan sisi tandur hanya diganti setiap 5-10 hari, sisi ini memberiakn media kultur untuk pertumbuhan bakteri.









6.      Nutrisi adekuat membantu penyembuhan luka dan memenuhi kebutuhan energi

09.00
WIB
1.      Memantau: Penampilan luka bakar (area luka bakar, sisi donor dan status balutan di atas sisi tandur bial tandur kulit dilakukan) setiap 8 jam. Suhu setiap 4 jam
2.       Membersihkan area luka bakar setiap hari dan melepaskan jaringan nekrotik (debridemen) sesuai pesanan.
3.       Melepaskan krim lama dari luka sebelum pemberian krim baru. mengGunakan sarung tangan steril dan beriakan krim antibiotika topikal yang diresepkan pada area luka bakar dengan ujung jari. memBerikan krim secara menyeluruh di atas luka
4.       Menempatkan pasien pada ruangan khusus dan lakukan kewaspadaan untuk luka bakar luas yang mengenai area luas tubuh. Meng gunakan linen tempat tidur steril, handuk dan skort untuk pasien. Menggunakan skort steril, sarung tangan dan penutup kepala dengan masker bila memberikan perawatan pada pasien.
5.      Memberitahu dokter bila demam drainase purulen atau bau busuk dari area luka bakar, sisi donor atau balutan sisi tandur. melakukan kultur luka dan berikan antibiotika IV sesuai ketentuan 




6.      Melakukan rujukan pada ahli diet, beriakn protein tinggi, diet tinggi kalori. Memberikan suplemen nutrisi seperti ensure atau sustacal dengan atau antara makan bila masukan makanan kurang dari 50%. Menganjurkan makanan enteral bial pasien tak dapat makan per oral





“EVALUASI KEPERAWATAN”
Hari/Tgl
No. Diagnosa
Evaluasi
TTD
Kamis, 21 Maret 2013
Diagnosa 1
·           S: keluarga klien mengatakan bengkak pada bibir dan mata kiri klien berkurang
·           O:
-          Bula pada mata kiri mengecil
-          Edema pada bibir berkurang, bengkak pada mata kiri berkurang dan sudah dapat terbuka
-          TTV dbn
TD: 120/80 mmHg
N: 80x/menit
RR: 20x/menit
S: 37 °C
-Output urine normal (1000cc/hari)
·           A: masalah teratasi
·           P: hentikan intervensi

Rabu, 20 Maret 2013
Diagnosa 2
·         S: keluarga klien mengatakan keadaan luka pada kulit wajah, kedua lengan dan kaki kiri klien sedikit membaik
·         O:
- keadaan luka pada kulit wajah, kedua lengan dan kaki kiri sedikit membaik

       - suhu tubuh 37, 5 oC

·         A: masalah teratasi sebagian
·         P : lanjutkan intervensi nomor 1,2 , 3 dan 4